Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adu Sakti Gus Udin dari Blitar Jawa Timur Vs Pesulap Marcel dari jakarta

29 Juli 2022   14:03 Diperbarui: 29 Juli 2022   23:37 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar dari https://www.tribunnews.com

Gus Udin dengan pengobatan alternatif di ajak pembuktian oleh pesulap merah dari Jakarta, akankah adu sakti ini berimplikasi terhadap keseimbangan bumi? Mengingat Jakarta dengan trik dan intrik yang penuh ilmiah, sedangkan Jawa Timur masih banyak berbau mitologi. Lalu bagaimana jika Ilmu modern bertemu dengan Ilmu tradisonal? Akankah bumi menjadi kurang harmonis? Maka perlu mendudukkan perkara sebuah Ilmu. Karena di atas langit masih ada langit "di atas orang pandai masih ada orang pandai".

Sebenarnya pertarungan ilmiah dengan mitologi merupakan Ilmu yang berbeda, walaupun keduanya menginduk dengan Ilmi filsafat. Namun dalam kenyataannya terkadang Ilmu yang menginduk dalam satu wadah Ilmu filsafat sering berbenturan, misalnya masalah agama, masalah estetika, masalah mitologi, dan permasalahan lainnya.

Keberadaan Kabupaten Blitar terkenal dengan kesaktian yang luar biasa sejak dahulu kala, apalagi Presiden pertama di Republik Indonesia juga dari Kabupaten Blitar Jawa Timur. Bahkan konon Maha Patih Gajah Mada di dalam masyarakat Jawa yang sangat di hormati sampai sekarang dia juga berasal dari Blitar Jawa Timur. Dari sinilah Blitar Jawa Timur populer dengan orang-orang sakti, baik masalah kenegaraan maupun masalah ilmu mitologi.

Memang di akui ilmu ilmiah dengan mitologi suatu bidang Ilmu yang berbeda, Ilmu ilmiah cenderung untuk mereka para akademisi yang lebih meyakini kebenaran yang harus di uji, namun Ilmu mitologi lebih cenderung ke sifat keajaiban di luar nalar dan tidak bisa dibuktikan serta merta secara ilmiah. Karena apabila Ilmu mitologi bisa dibuktikan dengan nalar, berarti itu bisa jadi hanya sebatas gimmick belaka. Karena sebuah ilmu di luar nalar tidak bisa di uji ulang, kecuali hanya sebatas gimmick.

Begitu juga dalam Ilmu agama yang bersifat mukjizat, ketika tongkat Musa dengan izin Tuhan mampu berubah menjadi ular, tentunya peristiwa itu tidak bisa di uji kembali. Karena itu Ilmu mukjizat yang datang langsung dari Tuhan, seperti kesaktian tongkat Musa atas izin Tuhan mampu membelah lautan untuk penyeberangan saat di kejar Raja Fir'aun, peristiwa itu tidak mungkin di ulang kedua kali.

Berangkat dari pemahaman di atas, ilmu mitologi merupakan Ilmu di luar nalar yang penuh dengan peristiwa keajaiban, seperti kisah Sigmund frued bertarung dengan C.G. Jung, bahwa sigmund frued tidak mengakui adanya hantu. Karena hantu menurut sigmund frued itu hanya sebatas alam bawah sadar, berbeda dengan pemahaman C.G. Jung yang mengakui keberadaan hantu. Maka dari sinilah dapat diartikan atau disimpulkan sebuah ilmu tidak akan ada titik temu di saat berbeda dalam pemahaman Ilmu.

Ilmu sopir dengan Ilmu pilot jelas berbeda, walaupun keduanya sama-sama mengendalikan kendaraan. Sehingga dari sinilah dapat dikatakan adu sakti Gus Udin dari Blitar yang menitik beratkan dalam pengobatan alternatif, tentunya berbeda dengan Ilmunya pesulap merah. Maka dalam Ilmu Jawa diajarkan untuk saling menghormati dalam pemahaman Ilmu yang di sebut dengan istilah tepa selira.

Permasalahan Gus Udin dengan pesulap Marcel dari Jakarta, seolah-olah pertarungan antara tradisonal dengan modern atau lebih tepatnya pembuktian secara ilmiah, padahal ilmu mitologi itu bersifat keajaiban. Karena ilmu mitologi merupakan ilmu yang lebih mengedepankan hati dan keyakinan, seperti keberadaan Ratu Pantai Selatan itu salah satu bentuk dalam lingkup Ilmu mitologi yang tidak bisa di ilmiahkan, tetapi kalau ada yang bisa mengilmiahkan keberadaan ratu pantai selatan, pastinya itu hanya sebatas gimmick semata. Maka berangkat dari sinilah dengan kerendahan hati perlu adanya penyegaran kembali tentang Ilmu filsafat yang mempunyai beragam Ilmu, baik ilmu fisika maupun ilmu metafisika, baik ilmu fakta maupun saat ini yang terkenal dengan istilah ilmu metafakta, Ilmu rasional dengan ilmu kebatinan.

Hegel dalam filsafat dengan istilah "dialektika" dia menemukan rumusan bahwa segala sesuatu di dunia berpasang-pasangan. Maka berangkat dari sinilah saling menghormati antar disiplin Ilmu sangat penting. Maka ada cerita dua orang yang mencari Tuhan di  tepi sungai, kenapa orang modern tidak bisa menemukan Tuhan disana? Karena orang modern melihat sungai hanya sebatas fenomena alam, tetapi orang pedalaman Afrika melihat sungai dengan serendah-rendahnya, hingga merasakan di hati keberadaan Tuhan.

Sekian dari sekelumit tentang artikel kecil yang lagi viral di berbagai media. Semoga kita selalu menghargai setiap ilmu yang berbeda dengan kita sekalipun, seperti kita menghargai keyakinan dan keagamaan orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun