Mohon tunggu...
Khoirul Mustofa
Khoirul Mustofa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa KPI

Menulis Akan Memperpanjang Umur kunjungi juga blog saya pribadi kita akan menjelajahi tata cara yang baik dalam berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenali dan Membentengi Diri dari Gangguan Setan

29 Juli 2021   12:47 Diperbarui: 29 Juli 2021   13:56 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi setan & malaikat/ Pixabay.com

Terkadang manusia itu sering lupa bahwa dalam menjalani perjalanan kehidupan ini, ia memiliki musuh yang nyata. Gangguan setan akan senantiasa hadir dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi kita kurang peka dan mewaspadainya, sehingga pada akhirnya setan menyelimuti kepribadian kita. Bagi beberapa kalangan setan dimaknai dengan kesurupan, atau kena guna-guna, padahal bukan semata-mata persoalan itu. 

Tidak mengenal gangguan setan bisa membuat seorang tergelincir dalam kehidupannya, itulah mengapa Allah senantiasa mengingatkan bahwa setan adalah musuh yang nyata. Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 218, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." Pada ayat ini jelas bahwa setan tidak menyukai seseorang yang berislam secara utuh. Setan sangat tidak suka kepada jenis manusia yang dalam kehidupannya berusaha mengamalkan Islam secara utuh. Inilah tantangan bagi kita sebagai orang yang beriman.

Maka pada pembahasan ini, akan diuraikan beberapa karakteristik dari gangguan setan, sehingga kita bisa mewaspadai dan tetap berada di jalan kebenaran.

Pertama gangguan setan memiliki karakteristik datang dari segala sisi, mencari titik lemah dari manusia agar ingkar terhadap perintah dari Tuhan.

Dalam surat Al-Araf ayat 17, "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari diri mereka." Dalam keterangan ahli tafsir menjelaskan bahwa setan akan datang dari segala arah dan mencari kesempatan lengah dan titik lemah manusia untuk tujuan menyesatkan. Setiap manusia memiliki sisi kelemahan sendiri-sendiri. 

Ada lemah karena sangat cintanya terhadap harta, sehingga mudah saja setan membisikkan agar hartanya disimpan saja jangan dikeluarkan untuk zakat ataupun bersedekah, ada yang lemah di keluarga karena sangat cintanya terhadap seorang anak, walaupun ia berbuat salah tetap dibelanya. 

Gangguan yang dilakukan oleh setan berbeda-beda jenisnya, disesuaikan dengan dengan karakter manusia yang disesatkan, dari segi kualitas dan bentuknya disesuaikan. Tukang becak dengan seorang dokter bisa jadi berbeda, orang pintar dengan orang awam juga berbeda, apabila seorang pemuka agama akan sangat berbeda, tetapi apabila setan mampu menyesatkan pemuka agama ini adalah prestasi yang luar biasa. 

Agar kita tidak kalah dengan gangguan setan yang memanfaatkan kelemahan kita adalah dengan mengenali kelemahan yang kita miliki dan berusaha membentengi diri, dimisalkan ketika kita memiliki harta yang berlimpah, maka pikiran agar enggan untuk berbagi kepada sesama harus dilawan dengan membiasakan berderma.

Kedua, gangguan setan bentuknya membisikkan pikiran jahat dan menghiasi kejahatan dengan kebaikan.

Dalam QS. Al A'raaf ayat 20, Allah berfirman. "Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)."

 Dalam keterangan ahli tafsir menjelaskan bahwa, setan akan membisikkan dalam hati kita, agar kita berpikir bahwa kejahatan itu bukanlah kejahatan atau masalah yang besar. Jadi disini setan memberikan rayuan, membungkus kejahatan menjadi sesuatu yang baik dan indah sehingga apabila kita tidak berpikir kritis akan mudah terpedaya. Dicontohnya, apakah kita memilih berbohong atau jujur kepada orang tua kita. Ketika kita dilema, setan mengambil perannya, disinilah letak batas kemampuan setan dalam mengganggu manusia, ketika seseorang memilih berkata bohong maka setan sudah berhasil dan dosa dari perbuatan itu ditanggung orang itu sendiri. 

Maka disini kita perlu menjernihkan pikiran, kita tanyakan pada hati kita yang paling dalam, apakah perbuatan itu sesuai dengan nilai kebenaran. Apakah itu sesuai dengan nilai ajaran kebaikan. Bukannya Allah senantiasa melihat tingkah laku kita dan akan memberikan balasan sesuai dengan amal kita. Bukankah perbuatan berbohong akan merusak moral kita sehingga orang tidak akan percaya lagi terhadap kita. Insya Allah jalan kita untuk senantiasa di jalan lurus akan dibukakan oleh Allah, apabila kita mau mendengarkan suara kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun