Mohon tunggu...
Khoirul Farihin
Khoirul Farihin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Hari Santri dan Mengenal Lebih Jauh Santri

21 Oktober 2021   07:07 Diperbarui: 21 Oktober 2021   07:26 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

          Penetapan hari Santri tidak terlepas dari peristiwa 10 November di Surabaya. Momen bersejarah tersebut tak bisa lepas dari peran penting ulama' dan KH. Hasyim Asy'ari sebagai pencetus Resolusi Jihad yang menggerakan seluruh elemen bangsa terutama para santri untuk mempertahankan kemerdekaaan Indonesia dari Agresi militer belanda ke-2 yang mengandeng tentara sekutu. Sebelumnya, pada tanggal 19 September 1945 terjadi peristiwa perobekan bagian biru dari bendera belanda di Hotel Yamato Surabaya yang mengakibatkan banyak orang meninggal.

          Resolusi jihad mempunyai dampak yang besar di Jawa Timur, ia menjadi pendorong keterlibatan santri dan jamaah NU untuk ikut serta dalam pertempuran 10 November yang didorong oleh semangat perjuangan yang diserukan oleh KH. Hasyim Asy'ari melalaui Resolusi Jihad, serta kesadaran agar terlepas dari belenggu penjajah untuk masa depan anak-anak dan generasi penerus bangsa Indonesia. Di Surabaya Resolusi Jihad dikumandangkan dari masjid ke masjid dan dari mushola ke mushola yang disambut baik penduduk Surabaya. Kyai Subchi memberikan bekal berupa do'a kepada barisan Sabilillah dan Hizbullah. Mereka berbaris dengan bambu runcingnya dan masing-masing mereka diberkahi do'a oleh kyai Subchi yang di sepuhkan di bambu runcing mereka. Resolusi Jihad membakar semangat seluruh lapisan masyarakat di Surabaya, dengan tegas mereka menolak kehadiran sekutu yang sudah mendapatkan izin dari pemerintahan pusat di Jakarta.

          Tak hanya Resolusi Jihad yang dikumandangkan tetapi juga Fatwa Jihad yang berbunyi "berperang menolak dan melawan penjajah hukumnya fardhu 'ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang islam perempuan, laki-laki, dan anak-anak yang bersenjata maupun tidak bersenjata) yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat musuh dan bagi yang berada di luar jarak lingkaran tadi hukumnya fardhu kifayah (hanya cukup dikerjakan sebagian orang islam saja). Perbedaan Resolusi Jihad dan Fatwa Jihad terdapat pada penyampaiannya, Resolusi Jihad disampaikan kepada pemerintah Republik Indonesia sedangkan Fatwa Jihad disampaikan kepada Nahdliyin dan umat islam. Para Ulama' NU menegaskan bahwa akan  menegakkan agama Islam dan mempertahankan Kedaulatan Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI). Maka dari itu pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional hal ini merupakan bentuk penghargaan kita atas peran kyai, ulama', dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

          Melalui penetapan Hari Santri Nasional diharapkan terjadi sinergi antara pemerintah dan santri untuk merubah peradaban Indonesia agar menjadi lebih baik. Pesantren sebagai lembaga pendidikan terus berkontribusi untuk mencetak generasi dan ulama' masa depan sebagai agen perubahan yang menjadi garda terdepan dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tak hanya itu saja pesantren juga dapat berperan dalam mempromosikan gerakan anti radikalisme, gerakan anti narkoba, gerakan santri amar makruf nahi mungkar, hingga santri yang melek sains dan teknologi.
Hari Santri Nasional adalah wujud dari kewajiban Negara dan pemimpin bangsa untuk memberikan penghormatan kepada sejarah pesantren  dan sejarah perjuangan para kyai dan santri. Kontribusi pesantren kepada bangsa ini, sudah tak terhitung lagi. Hari Santri Nasional dapat dijadikan sebagai salah satu sejarah Indonesia yang tak bisa terpisahkan dari pengetahuan bangsa.

Apa sih itu Santri ? dan bagaimana tantangan santri dalam era saat ini ?

          Jika mendengar kata santri, apa yang muncul di pikiran anda. Mungkin mayoritas orang membayangkan santri itu anak muda yang menggunakan sarung, kemeja putih, dan peci di kepala yang ditarik sedikit ke belakang hingga terlihat jidatnya. Memang mayoritas santri tampil seperti itu, terutama di pondok-pondok tradisional. Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menempuh pendidikan agama islam di pesantren di bawah asuhan para kyai.

          Jika tantangan santri dulu adalah mempertahankan kemerdekaan dari penjajah, tantangan santri Era saat ini atau bisa kita sebut sebagai santri milenial adalah teknologi. Teknologi terutama media sosial  merupakan salah satu tempat dimana ujaran kebencian dan berita hoax menjadi pemicu disintegerasi bangsa. Maka dari itu pentingnya mengendalikan jari-jari tangan kita untuk menulis kata-kata yang bijak ketika menggunakan media sosial. Selain itu kita harus cermat dan bisa membedakan berita hoax ketika mendapatkan informasi dari media sosial. Biasanya budaya kita adalah share berita kepada orang lain tanpa melihat benar tidaknya berita tersebut, maka dari itu sebelum kita share berita kepada orang lain. Kita harus mengetahui fakta dan sumber berita tersebut. Oleh sebab itu santri harus memiliki jiwa besar dalam menanggapi setiap isu atau berita hoax, ketika menanggapi isu, santri harus mengkaji secara teliti isu tersebut sebelum terlibat didalamnya, santri juga tidak boleh terpancing atau mudah terprovokasi oleh isu atau pihak tertentu.

          Selain itu santri juga harus menjadi panutan dalam berakhlakul karimah karena "kesopanan lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan" Quote tersebut memiliki makna yang sangat dalam. Bahwa moral itu harus lebih dikedepankan daripada intelektual, percuma jika seseorang belajar sampai ke Amerika tetapi dia tidak bisa menghargai orang lain atau tidak memiliki etika maka ilmunya akan percuma dan tidak ada gunannya atau NOL. Berakhlak bukan hanya saat mondok saja tetapi Akhlakul karimah harus tetap menghiasi kepribadian santri dimanapun ia berada. berperilaku sopan tidak terbatas pada orang yang lebih tua saja tetapi kita harus sopan kepada yang lebih muda dan seumuran dengan kita. Santri yang alim adalah disaat dia bisa memposisikan diri dengan baik dan menjadi contoh di tengah-tengah masyarakat bukan hanya dalam keilmuan tetapi juga berprilaku.

Maka dari itu santri merupakan generasi penerus bangsa yang menjadi garda terdepan dalam persatuan Indonesia dan mampu memimpin bangsa ini agar menjadi lebih baik dan maju.


HIDUP SANTRI!!!
BERSAMA SANTRI KITA MEMBANGUN NEGERI!!!
                             SELAMAT HARI SANTRI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun