Mohon tunggu...
Khoirul Amri
Khoirul Amri Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta Belajar Menulis

Karyawan Swasta Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibunda Sosok di Balik Karir Francesco Totti di AS Roma (Hari Ibu)

22 Desember 2021   09:19 Diperbarui: 22 Desember 2021   11:12 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika Bukan Karena Ibunda Tercinta Francesco Totti Mungkin Bukan legenda AS ROMA

Ya memang itu kenyataanya, Keputusan bergabung AS Roma merupakan saran dari sang ibunda karena di saat bersamaan AC Milan juga tertarik pada bakat Francesco Totti. Dari sini terlihat jelas peran sang ibu sehingga ia bisa menjadi Pangeran Giallorossi.

"Ibu saya tak menerima jabat tangan mereka. Menurutmu apa yang dikatakan Ibu saya? Sebagai anak dari Kota Roma, kamu cuma punya dua pilihan. Merah atau biru. AS Roma atau Lazio. Tapi di keluarga kami hanya ada satu pilihan. AS Roma," kata Totti mengenang kejadian tersebut.

Totti menjadi idola bagi pendukung AS Roma di belahan dunia manapun. Meskipun tak mendapat banyak gelar aksi dan kesetiaanya terhadap klub membuat pendukung Giallorossi memujanya bak dewa.

Ayah dan ibunda Francesco Totti bukanlah berasal dari kalangan sepak bola. Ayahnya merupakan Pastor sedangkan sang ibunda hanyalah ibu rumah tangga. Meski begitu, ibunda tercintanya menjadi sosok penting di balik karier hebatnya bersama AS Roma dan Timnas Italia. Sang ibu disebutkan menjadi penentu karier Totti di mana sejak kecil, Totti muda kerap ditemani sang ibu untuk berlatih sepak bola hingga ia memulai kariernya di usia 8 tahun. Totti yang sebelumnya sering bermain di pekarangan rumah dan jalanan pun bergabung dengan klub anak-anak Fortitudo Lutidor, lalu berlanjut ke klub Smith Tastevere dan juga Lodigiani sebelum bergabung akademi AS Roma pada tahun 1989.

Francesco Totti memulai debutnya pada tahun 1993 saat AS Roma bertandang ke Brescia. Pada musim itu, Il Lupi tengah dalam fase kritis dan finis hanya berjarak empat poin dari empat tim yang terdegradasi (saat Serie A mengadopsi sistem dua poin). Totti masuk menggantikan Ruggiero Rizzitelli. Saat Debut banyak menganggap bahwa Totti akan bernasib sama dengan pemain muda lainnya yang kemudian akan dipinjamkan ke Serie B atau Serie C. Namun Anggapan tersebut ternyata salah. Debut di laga melawan Brescia menjadi langkah pertama Totti sebelum mencetak sejarah. karena apda tahun-tahun berikutnya, Carlo Mazzone selaku pelatih anyar AS Roma memberi kepercayaan kepadanya.


Apa yang dicintai pendukung AS Roma dari Totti adalah loyalitasnya. Sebagai klub,AS ROMA tak banyak gelar. Terakhir kali Il Lupi meraih titel Serie A adalah pada musim 2000/01 saat usia Totti belum genap 25 tahun. Godaan pernah datang ke Totti saat Real Madrid datang mengetuk pintu dan menawarinya bergabung dengan proyek Los Galacticos. Tawaran itu sempat ia pertimbangkan sebelum memutuskan bertahan. Alasannya, Totti ingin menjadi juara. Dan pada musim 2004/05, AS Roma tak menunjukkan tanda-tanda mengulang kejaraan di musim 2000/01. "Ada masa di mana saya hampir meninggalkan AS Roma untuk Real Madrid pada musim 2004/05.  Saya ingin menjadi juara. Kami memenangi Scudetto dan kalah di dua musim selanjutnya. "Kami tertinggal. 

Saya ingin kami membeli pemain-pemain juara dan memboyong pelatih juara. Saya melihat (AS Roma) banyak masalah," ungkap Totti. Namun, Totti tetap bertahan dan meneruskan kisahnya bersama AS Roma. Keinginan menjadi juara pun ia gapai, walau tak bersama Il Lupi. Totti merasakan gelar juara tertinggi pada 2006 saat membawa Italia menjadi kampiun Piala Dunia di mana ia bermain di setiap laga dan membuat empat assist, lebih banyak dari siapapun. Setelahnya, petualangan Totti bersama AS Roma berlanjut sebelum di penghujung kariernya ia mengalami kesulitan dengan pelatih Il Lupi kala itu, Luciano Spalleti. Pada akhirnya, Totti memutuskan pensiun alih-alih mengenakan jersey tim lainnya. Kabar pensiunnya Totti bak petir di tengah siang bolong. Terlihat di laga terakhir dan perpisahannya, tangis dari pendukung AS Roma pecah di Stadion Olimpico. Ketidakrelaan pendukung Il Lupi melihat klubnya tanpa Totti terlihat dari Banner yang berbunyi: "Spevaro de mori' prima" yang kurang lebih berarti "saya berharap saya yang mati lebih dahulu".

"Ada orang bertanya kepada saya, mengapa saya menghabiskan seluruh hidup saya di Roma? Roma adalah keluarga saya, teman saya, orang yang sangat saya cintai. Roma adalah laut, gunung, dan monument. Tentu saja Roma adalah Bangsa Romawi. Roma adalah kuning dan merah. Bagi saya, Roma adalah seluruh dunia. Klub dan kota ini adalah hidup saya," tutur Totti, Il Gladiatore.

Itulah Sepenggal Kisah Totti dan Ibu.

Selamat Hari Ibu..

#dari Berbagai Sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun