Mohon tunggu...
Siti Khoiriah Yasin
Siti Khoiriah Yasin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Di atas Langit, masih ada Langit.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Hidup Sekedar Kemasan ?

26 April 2020   20:59 Diperbarui: 11 Oktober 2020   17:14 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jaman now adalah era yang serba praktis dan instan. Proses perkembangan dunia yang melaju begitu cepat, mengharuskan adanya upaya untuk mengimbangi dengan intensitas kecepatan. Tentunya ada saja faktor kelalaian dan kekurangan yang mempengaruhi dalam pencapaian kesempurnaan.

Layaknya pakaian yang menutup bagian inti tubuh manusia, bungkusan berfungsi melapisi isi sekaligus memperindah suatu tampilan. Tanpa adanya pembungkus, ada nilai yang akan berkurang yaitu estetika. Nilai Estetika yang kemudian menjadi 'penyelamat' dalam memberikan sentuhan keindahan.

Tak jarang pembungkus menjadi bagian yang paling utama. Menjadikan perhatian terbesar berpusat pada bungkusan. Hingga melampaui unsur yang jauh lebih mempengaruhi yaitu esensi (isi). Meskipun pada kenyataannya eksistensi selalu mendahului esensi.

Don't look a book by its cover" (jangan lihat sebuah buku dari sampulnya saja).

Maka tak heran untuk selalu bisa 'diakui' bungkusan menjadi nilai penentu dalam mengkatrol level status seseorang atau pada merk brand tertentu.

Produk Yang Paling Terbaik Dari Yang Ada

Kejelian melihat celah adalah faktor penentu kesuksesan penjualan produk di pasaran. Berbagai rumusan strategi diluncurkan guna mencapai target penjualan. Mulai dari cara yang menggunakan promosi biasa saja sampai yang tidak terduga.

Sangat disayangkan jika strategi tidak mempunyai pakem batas, seperti menjelekkan produk kompetitor lain. 

Pernahkah langit mengatakan dirinya tinggi ? Justru selama ini penduduk bumi lah yang selalu mendongakkan kepalanya ke atas dan mengatakan ingin terbang di udara.


Sama halnya jika yakin produk memiliki kualitas, maka tidak perlu sibuk mencela keburukan produk lain yang sejenis. Sehingga menghindarkan dari upaya membungkus sesuatu dengan hanya membaguskan-baguskan tanpa sadar dengan kelemahan produk sendiri.

Menghakimi Orang Hanya Dari Mata Dan Telinga

Ibarat seorang penonton film amatir, yang bersikap reaktif penuh kebisingan dengan berkomentar menebak-nebak akhir cerita dari sebuah film. Tak jarang spoiler film pun dengan mudah tersebar seantero dunia berkat kelihaian mulutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun