Mohon tunggu...
Khofifah AyuVirnanda
Khofifah AyuVirnanda Mohon Tunggu... Bankir - Manusia yang dalam masa perbaikan

Apapun yang hadir dikehidupan kita, mari coba menghargainya. Sekecil apapun itu :))

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Qur'ani Sidogiri, Metode Unik dan Efektif yang Diterapkan pada 2 TPQ di Dusun Sumbersari

29 Januari 2022   21:30 Diperbarui: 29 Januari 2022   21:41 3562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran MQS di TPQ Sabilillah, dokpri

Di Indonesia, dalam era demokrasi yang serba terbuka, perbedaaan pandangan dan kepentingan di antara warga negara yang sangat beragam itu dikelola sedemikian rupa, sehingga semua aspirasi dapat tersalurkan sebagaimana mestinya. Demikian halnya dalam beragama, konstitusi kita menjamin kemerdekaan umat beragama dalam memeluk dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya masing-masing.

Pengimplementasian dari moderasi beragama di Indonesia sangatlah banyak, contohnya seperti adanya berbagai metode membaca Al-qur-an pada masing-masing lembaga atau TPQ di berbagai desa atau dusun. Salah satu metode pengajaran Al-Qur'an yang ditetapkan di salah satu dusun di desa Sumberejo adalah metode Qur'ani Sidogiri. Metode Qur'ani Sidogiri sendiri merupakan metode belajar al-Quran yang dikeluarkan oleh Pondok Pesantren Sidogiri sejak tahun 2008. Metode ini disusun oleh para muallim (guru) al-Quran yang ditunjuk ditunjuk oleh pengurus oleh pengurus Pondok Pesan Pondok Pesantren Sidogiri.

Pada kegiatan KKM DR UIN Malang di Dusun Sumbersari, awalnya kami kaget dan asing terhadap MQS (Metode Qur'ani Sidogiri). Namun, setelah diberi penjelasan oleh pemilik dan pengasuh TPQ, kami langsung paham dan mencoba beradaptasi. Pada 2 TPQ di tempat pengabdian, yakni dusun Sumbersari desa Sumberejo Kecamatan Gedangan, metode ini sudah digunakan sejak tahun 2018. Beberapa pernyataan pemilik TPQ, yakni Gus Ma'sum, metode ini telah memberi banyak kemajuan dalam hal membaca Al-Qur'an.

Gus Ma'sum juga menuturkan bahwa dengan adanya medote Qur'ani Sidogiri, para santri TPQ lebih mudah dalam belajar tajwid, makhorijul huruf, hingga membaca dan manghafalkan Al-Qur'an. Menurut beliau,  meski  lagu  bukanlah  syarat di dalam  membaca al-Qur'an, tapi lagu  bagi  MQS (Metode Qur'ani Sidogiri) sudah  menjadi trademark tersendiri  dan  hal  itulah  yang membuat MQS kian digandrungi.

Kedua TPQ memiliki system yang berbeda dalam mengimplementasian pengajaran serta pembagian santri nya. Di Darul Muttaqin, dikarenakan jumlah santri dan ruang kelas yang tidak seimbang, sehingga santri di bagi menjadi 3 kloter/shift. Kloter 1 pada jam 14.00-15.00, kloter 2 pada jam 15.30-16.00, dan kloter 3 pada jam 16.00-17.30. Pada kloter terakhir, yakni kloter 3 digunakan untuk kelas ghorib. Yang dimaksud kelas ghorib adalah dimana para murid/santri nya sudah fasih membaca Al-Quran serta tajwidnya, kemudian ada hafalan surat-surat pendeknya. Biasanya, para murid yang berada di kelas ghorib akan menempuh tashih dan dinyatakan lulus apabila sudah memenuhi kriteria oleh Pusat MQS.

Pembelajaran MQS di TPQ Darul Muttaqin, dokpri
Pembelajaran MQS di TPQ Darul Muttaqin, dokpri

Menurut pendapat beberapa murid di 2 TPQ tersebut, metode ini lebih efektif daripada metode-metode yang pernah mereka gunakan sebelumnya. Alasannya adalah dikarenakan metode ini berfokus pada syair-syair atau lagu yang mudah diingat oleh anak-anak.

Para murid-murid juga disediakan buku hafalan lagu muali dari makhorijul huruf hingga ilmu tajwid. Tak hanya itu, pada MQS ini para muallim juga dituntut untuk selalu lemah lembut dalam pengajaran agar para murid tidak merasa tegang dan takut belajar membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu, metode ini harus di sebarluaskan agar lembaga pendidikan Al-Quran lain juga menggunakan metode ini. Hal ini merupakan suatu kehormatan bagi dusun Sumbersari dimana 2 TPQ di dalamnya menggunakan metode Qurani Sidogiri ini

Beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam 2 TPQ ini adalah jumlah muallim yang masih sedikit. Terutama pada TPQ Sabilillah yang hanya memiliki 6 muallim dan ruang kelas yang terbatas, sehingga harus menggunakan masjid sebagai tempat mengaji. Oleh karena itu, perlu adanya lirikan desa atau bantuan desa demi kelayakan pembelajaran dan kenyamanan murid-murid disana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun