Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR Penerbit dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengganti Kurikulum Merdeka, Menata Ulang Arah Pendidikan Nasional

25 Oktober 2024   15:30 Diperbarui: 25 Oktober 2024   15:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Kurikulum Merdeka, yang dirancang untuk memberikan kebebasan belajar bagi siswa dan meningkatkan kualitas pendidikan, telah berjalan selama beberapa tahun. Namun, dalam implementasinya, kurikulum ini menghadapi berbagai kendala dan tantangan. 

Beberapa di antaranya meliputi ketidakjelasan materi, metode pembelajaran yang membingungkan, serta kesulitan yang dialami oleh siswa, guru, dan orang tua. Mengingat masalah-masalah yang muncul, ada usulan kuat untuk mengganti Kurikulum Merdeka dengan sistem yang lebih terstruktur, yang tidak hanya memberikan kebebasan tetapi juga ketegasan dalam proses belajar-mengajar.

Tantangan Kurikulum Merdeka dan Dampaknya

Salah satu persoalan utama dalam Kurikulum Merdeka adalah kerumitan dalam pembagian mata pelajaran serta penilaian melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam praktiknya, ini tidak hanya membingungkan siswa tetapi juga menambah beban bagi guru dan orang tua. Dengan beragamnya paket mata pelajaran tanpa arahan yang jelas, siswa dan orang tua kesulitan memahami jalur pendidikan yang harus diambil.

Program seperti P5 memperkenalkan konsep-konsep penting secara abstrak, tanpa dukungan panduan yang memadai untuk mengukur pencapaian siswa. Penilaian yang tidak relevan dan ambigu membuat nilai P5 seringkali hanya menjadi formalitas tanpa dampak nyata bagi perkembangan siswa. Akibatnya, para guru cenderung mengisi nilai berdasarkan template yang sudah ada tanpa benar-benar mengukur perkembangan karakter siswa dengan tepat.

Kurikulum yang memberi kebebasan tanpa arah yang tegas juga berdampak negatif pada siswa. Di negara dengan tingkat literasi yang masih rendah, siswa memerlukan bimbingan dan struktur belajar yang lebih jelas. Ketika diberikan terlalu banyak kebebasan, banyak siswa yang merasa bingung dan terabaikan, yang menyebabkan kurangnya pemahaman mendalam terhadap materi.

Mengapa Kurikulum Merdeka Perlu Diganti?

Berdasarkan berbagai permasalahan ini, mengganti Kurikulum Merdeka dengan kurikulum yang lebih terstruktur dan disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan di Indonesia adalah langkah yang perlu dipertimbangkan. Siswa di Indonesia memerlukan sistem pembelajaran yang kuat dan terarah agar mereka dapat memahami materi dengan baik dan siap bersaing di tingkat global. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus mencakup penjelasan yang komprehensif dan pembelajaran yang mendalam pada setiap tahap.

Selain itu, penilaian terhadap siswa sebaiknya tidak hanya berfokus pada aspek yang terlalu abstrak seperti P5. Penilaian akademis yang objektif dan terukur harus kembali menjadi standar utama untuk memastikan kompetensi siswa di bidang yang relevan dengan masa depan mereka. Fokus pada kompetensi inti akan membantu memastikan bahwa siswa siap untuk tantangan yang akan datang.

Menghapus Program Pendukung yang Tidak Efektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun