Kemaren kulihat diriku terlahir untuk yang kesian kalinya.
Aku yang menua menjadi baru
Hanya ada sepasang mata yang melihat kelahiran itu. Tentu saja dia yang kini menjadi pilihan-Nya.
Ku biarkan soal huruf di buku yang tak berada di kediamanku.
Jika bayi terlahir untuk dikunjungi
Maka yang senja terlahir untuk sendiri, agar terbiasa di tempat barunya nanti.
Rasa ngeri pun tertuang dalam puisi
Moga hening membeninggkan.
Cukup melihat, pemandangan dilepas sebelum lepas.
Hal menyenangkan adalah merasakan kekuatan. Menerima saat buku terbaca bagus dan tak terbaca sekalipun.
Cukup  menuang dan menghadirkan, sesuatu yang terolah dalam pergantian situasi.
Menerima siapa pun yang hadir. Melepas yang mau berlepas.
Tak memanggil-manggil, karena panggilan ada didalam, sementara yang di luar diam sebatas menyaksikan tanpa mengguna mata.