Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikmah di Balik Aksi "Super Damai 212"

24 September 2018   20:13 Diperbarui: 24 September 2018   20:18 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat Muslim Indonesia telah melakukan aksi damai perihal kasus Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atas penistaan agama, Al-Maidah: 51. Aksi damai tersebut berlangsung pada hari Jum'at, (4/11), jum'at (25/11), dan Jum'at, (2/12). Namun, Aksi Damai ke-3 kali ini bukan sebagai aksi Demokrasi Rakyat Indonesia. Melainkan sebagai 'Aksi Super Damai' dengan melakukan do'a bersama umat Islam Indonesia.

Doa bersama digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas), dihadiri Bapak Presiden beserta Wakil Presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kala. Jokowi menyampaikan dalam sambutannya ucapan 'terima kasih' kepada masyarakat yang hadir pada aksi damai 212 dengan tertib. "Karena seluruh jama'ah yang hadir, tertib, dalam ketertiban, sehingga acaranya berjalan dengan baik, Allahu Akbar. Sekali lagi, terima kasih, dan selamat kembali ke tempat asal masing-masing, ke tempat tinggal masing-masing, terima kasih," uajarnya di Panggung Aksi 212.

Peristiwa ini mengingatkan kita tentang persaudaraan dan kesatuan Umat Islam Indonesia dalam rangka membela agama dan negara. Bagaimana tidak, secara logika tidak mungkin ribuan orang muslim berbondong-bondong hadir ke Jakarta hanya untuk tersangka penistaan agama, Ahok. Dibuktikan bahwa peserta aksi damai tersebut membawa misi idiologi mulia untuk membela agama Islam atas penistaan agama dengan cara berdo'a bersama di sekitar Monas.

Selain itu, Umat Islam Indonesia juga diingatkan terhadap surat Al-Maidah ayat 51. Al-Ustadz Bachtiar Nasir, Lc, menjelaskan bahwa teristiwa itu sebagai persimpangan bagi umat Islam antara yang beriman, munafik, dan fasik. Maka, tegakkan Al-Maidah 51 sebagai isyarat dari Allah SWT sekaligus simbol kepemimpinan umat Islam untuk membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan masyarakat Indonesia tidak terinterfensi oleh siapa pun dengan perkataan bahwa, "Mayoritas muslim dipimpin oleh non-muslim atas nama domokrasi".

Peristiwa ini kita dapat menilainya sebagai simbol perdamaian masyarakat Indonesia yang dibuktikan dari ribuan umat muslim berbaris dengan tertib di sekitar Monas, tanpa ada kerusuhan. Terkecuali ada beberapa profokasi yang memprofokasi aksi 212. Karena Negara Indonesia bukan Negara Intoleran, walaupun dengan berbgai suku, ras, dan agama (SARA). Tetapi, Indonesia menjungjung tinggi toleransi, apalagi terhadap toleransi beragama. Tidak menghalangi warga negara untuk memeluk agamanya masing-masing.

Kendatinya demikian, Warga Indonesia dapat memetik pelajaran penting dari peristiwa ini. Kita pun harus berani mengatakan bahwa itu adalah haq, dan bertiak lantang bahwa itu bathil. Di atas hanya Allah, di bawah hanya tanah. Allahu Akbar...  


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun