Mohon tunggu...
kimaaa
kimaaa Mohon Tunggu... Lainnya - 19 tahun

Mengabadikan tulisan saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Sebulan di Janturan

4 Agustus 2021   00:16 Diperbarui: 4 Agustus 2021   00:16 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dari arah barat, awan mendung terlihat jelas di depan mataku. Hari ini tepat satu bulan lalu, aku menginjakan kaki di tanah Jogja. Pertama kali dalam hidupku merantau di kota orang. Janturan nama tempatnya. Sebuah dusun di desa Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Sebuah rutinitas baru ku di awali dengan bangun pagi diiringi suara alarm dari kamar kos sebelah. Kuhitung-hitung bisa lebih dari 3 kali alarm itu mengeluarkan bunyi tetapi pemiliknya masih terlelap.  

Lalu sekitar jam 3 atau 4 pagi aku mendengar suara lantunan ayat suci Alquran yang merdu sekali. Pemilik suara itu adalah bapak-bapak asal Lombok. 

Terkadang aku masih tidak mempercayai pendengaranku ketika mendengarnya. Sebagus itu suaranya, mirip dengan suara qori yang biasanya direkomendasikan di video murotal YouTube.

 Kadang-kadang aku mandi jam 5 sekalian mencuci pakaian dan membersihkan kamar kos. Yah, tergantung mood sih. Sehabis itu aku menghabiskan waktu untuk menyatu dengan alam dengan cara duduk di balkon lantai 4 kosan sambil melihat awan-awan pagi dan merasakan angin sejuk di tubuhku. Jam 8 baru membeli makan di sekitaran kos. 

Terkait makanan, aku bosan sekali dengan menu yang itu-itu saja. Aku malah pengen memakan masakan mama yang juga kadang itu-itu saja, haha. 

Selain itu, yang aku tangkap dari pagi hari adalah di jalan banyak orang melakukan olahraga pagi. Entah berlari, bersepeda, bersama teman, sendirian, dsb. Benar-benar potret jalan kecil yang ramai di kota besar.  Karena sekarang libur semester, hari-hari yang kujalani tak ubahnya dengan kegiatan yang ada di rumah dulu. 

Mengikuti shortcourse, beberapa kali mengikuti kegiatan kelompok, menonton film,  dan yang lainnya waktuku untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Seperti lebih mencoba akrab dengan orang di sekitar, mendengarkan bahasa jawa khas Jogja sambil belajar, dan menemukan kegiatan baru ku yang lain.

Banyak perubahan yang telah aku alami, termasuk cara dalam memaknai sesuatu. Dulu saat di rumah dengan segala kebisingannya, aku merasa hidup sendirian akan lebih baik dan terasa bebas. 

Namun, ternyata tidak semudah itu dalam menjalani kehidupan sebagai anak kos.  Hambatannya adalah homesick, perasaan merindukan rumah. 

Jujur, dalam sebulan ini aku mudah sekali terbawa perasaan itu. Satu hal penting yang aku telat sadari, ternyata keluarga dan rumah tempat aku pulang sangat berarti lebih dari apapun. 

Aku pun merindukan hal kecil yang biasa dilakukan di rumah. Entah sekedar berjemur pagi hari di rooftop ditemani kucing sambil minum es susu dan merasakan suasana desa kecil, sesederhana itu. 

Ah, aku merindukan waktu seperti itu.  Masalah keuangan, kesehatan, dan waktu juga menjadi hal yang sangat penting untuk dikelola. Menjadi rumit ketika aku terlalu berhemat atau boros, di satu sisi aku bertaruh dengan kesehatanku, di sisi lain keuanganku menjadi cepat habis sebelum waktunya.

Terkait zona nyaman, aku pergi dari zona nyaman di rumah dengan mempunyai zona nyaman baru di Jogja. Aku masih tidak percaya bahwa beberapa dari doa-doaku bisa terkabulkan. 

Harapanku tahun lalu adalah ingin belajar di tempat yang Jawa nya kentel dan itu terjadi sekarang, alhamdulillah. Aku memiliki kebiasaan baru saat aku merindukan rumah,yaitu aku selalu menghadap ke barat laut, karena rumahku di sana menghadap tenggara. 

Membayangkan bahwa aku dan keluargaku saling berhadapan satu sama lain walau terpisah dengan jarak.  

Meskipun aku ingin pulang, aku tidak tahu akan pulang kapan. Karena bagiku perkataan ingin pulang itu tak lebih dari salah satu bentuk penggambaran betapa aku merindukan rumah. 

Terakhir, mendoakan mereka, orang yang kusayang kini menjadi sebuah rutinitas. Aku sangat berharap pada Tuhan agar memberikan kebahagiaan dan kesehatan bagi mereka. 

Setidaknya sampai aku bisa membalas jasa yang pernah aku peroleh dan memiliki kehidupan yang lebih dari cukup untuk menyenangkan mereka selagi aku bisa dan ada waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun