Mohon tunggu...
Kharen Azaria
Kharen Azaria Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Perjalanan lulus SMP ke SMA

6 Agustus 2018   23:23 Diperbarui: 7 Agustus 2018   08:25 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamualaikum Wr. Wb.

   Nama saya Kharen Nurbania Azaria, biasa dipanggil Kharen. Sekarang saya duduk di kelas X IPS 3 SMAN 16 Bekasi. Sebelum resmi menjadi murid SMA, saya melewati kelas 9 yang bagi saya tidak lama. Karena memang hanya sebentar.

   Sama seperti teman-teman yang lain, kelas 9 saya cukup berat, karena akan melewati ujian sekolah dan ujian nasional di akhir sebelum lulus. Saat awal masuk kelas 9, saya cukup terpaku akan nilai. Karena menurut saya, itu adalah jalan untuk pergi ke SMA yang saya harapkan. Di awal kelas saya cukup kaget dengan pelajaran yang di dapat. Sejujurnya bukan karna pelajarannya, tapi lebih ke perubahan guru pelajaran saat itu. 

   Di pelajaran tersebut saya mendapat nilai yang menurut saya tidak cukup bagus, dan saat itu saya merasa sangat kecewa terhadap nilai saya sendiri. 3 bulan berjalan, bertemu lah dengan PTS. PTS di lalui dengan nilai yang cukup memuaskan. Hanya, cukup tapi belum sepenuhnya memuaskan.

Sejujurnya saya lupa kapan tepatnya, saat itu ada yang namanya PM. Kegiatan belajar diluar jadwal biasa. Saat pembagian pertama, saya masuk ke dalam kelas yang isnya, ya bisa dibilang anak pintar. Karna nyatanya memang isinya anak 10 besar semua. di PM semua berjalan lancar sampai TO 1, TO pertama seperti biasa, nilai masih di bawah rata-rata semua.  Sampai akhirnya bertemu dengan TO 2. TO yang cukup membuat saya sedih. Karna saya berada diurutrsan 4 orang terbawah. Saya dan 3 teman saya yang lain di pindahkan ke kelas dibawah kelas yang saya tempati sebelumnya. Dan setelah TO kedua itu, mulai banyak anak yang mengikuti les di luar sekolah, termasuk saya.

Awalnya, saat sebelum masuk ke kelas 9, mamah saya sudah mengatakan bahwa saya tidak akan dimasukkan les, karna dirasa cukup dengan PM yang sekolah sediakan. Jujur, kata-kata itu selalu terngiang dikepala saya, sampai akhirnya saya rasa, saya butuh les tambahan di luar PM sekolah. Sebenarnya sih yang ada dipikiran saya saat itu adalah teman-teman yang berada di urutan 5 besar mereka semua mengikuti les tambahan di luar PM sekolah, dan yang terlintas dipikiran saya saat itu adalah'yang 5 besar saja butuh les tambahan, apalagi saya yang seperti ini?'. 

Akhirnya pun saya mengikuti les di sebuah tempat les dekat rumah. 1 bulan berjalan, saya hanya ikut les sekitar 3-4 kali saja, lalu berhenti. Bukan merasa tidak perlu lagi, tapi saya merasa tidak ada kemajuan dari yang saya dapat di PM sekolah.  

  Tidak seperti teman-teman yang lain, belajar hingga larut malam. Saya lebih memilih belajar sampai jam 8 malam, lalu pergi tidur, dan disambung jam 3 pagi. Bukan merasa tidak sehat belajar malam, tapi lebih ke mata yang tidak kuat sampai malam. Entah kenapa saya justru lebih senang bangun pagi buta dibanding begadang hingga larut malam. Mungkin tidak banyak orang yang bisa bangun di jam jam segitu dan memutuskan untuk belajar hingga larut malam.

Sampai TO kedua tadi, pilihan sekolah lanjutan saya adalah SMAN 5 Bekasi. Saat itu , saya masih sangat berambisi untuk masuk kesana. Karena di sekolah saya, SMA 5 merupakan impian dari hampir semua anak kelas 9, termasuk saya. Di rumah, mamah saya sudah menanyakan keyakinan saya untuk masuk kesana. Tapi berbeda dengan ayah yang selalu mengatakan 'kenapa jauh-jauh sih? orang ada yang deket kok,' Ya memang terbalik banget, tapi saya tetap dengan pendirian saya saat itu. 

Tidak lama dari TO 2, TO 3 pun diadakan. TO 3 diadakan hampir mendekati Ujian Nasional. Di TO 1 dan 2, memang selalu terjadi perubahan kelas termasuk TO 3 ini. Saya mendapati kelas ternyata  dibagi menjadi 4 saya cukup kaget, karna ini benar-benar mendekati ujian nasional dan kami masih dikatekorikan. Banyak teman yang satu kelas dengan saya yang merasa tidak nyaman dengan pengelompokan belajar tersebut. 

Walau kami tau sebenarnya bertujuan baik, tapi kami merasa sedikit terbelakang, karena untuk satu kelas yang ada di atas kamu, mereka di treat cukup berbeda. Kelas terbagi seperti ini berjalan hingga Ujian Nasional.

Ujian Nasional pun tiba, kebanyakan teman teman saya memforsir belajar mereka tapi tidak dengan saya. Karna saya tau, kalau terlalu dipaksakan juga tidak baik. Jadi saya belajar sperti biasanya dan di tambah sedikit pengulangan soal sangat sulit. Setelah Ujian Nasional selesai, Saya dan teman-teman sekolah saya belum bisa bebas seperti murid  sekolah lain. 

Kami mesih harus melewati USBN kami lewati, dan kami pun bebas. Tapi, karena UN diadakan sebelum puasa, jadi selama puasa kami menunggu hasilnya.

Selama bulan puasa tersebut, saya selalu berdoa untuk mendapat nilai yang cukup untuk masuk sekolah impian saya. Sampai akhirnya hari pembagian hasil keluar, keyakinan saya untuk masuk sekolah yang saya harapkan tiba-tiba goyah. Dan benar saja, saya mendapatkan hasil yang lagi-lagi hanya 'cukup' memuaskan. Kenapa saya hanya bilang cukup, karena orang tua saya merasa kalau saya sebennarnya masih bisa untuk mendapat yang lebih dari yang saya dapat sekarang. 

Karena hasil yang tidak mencukupi untuk masuk SMA 5, saya mencoba pindah haluan ke SMA 11. Tapi sebelum akhirnya saya memutuskan  mencoba daftar ke SMA 11, saya masih sering kali bertanya apa benar-benar tidak bisa. Sampai Ayah saya menjelaskan tentang sekolah lainnya, akhirnya pla pikir saya menjadi terbentuk bahwa "sekolah dimana saja, semua tergantung kitanya." 

Akhirnya saya coba daftar di SMA 11. Nama saya tidak lama bertahan disana, hanya 2 hari. Sampai akhirnya nama saya hilang dan mungikin juga terlempar, dan masuk sekolah ini. Saya tidak merasa sedih atau bagaimana, karena yang ada dipikiran saya hanya untuk belajar saja, jadi dimanapun ya jalanin saja.

Sampai akhirnya daftar ulang, ternyata ada teman satu sekolah saya. Sebenernnya memang banyak, bahkan ada teman TK. Lalu, saya mendaftar ulang dan masuk sekolah ini. Sebelum akhirnya masuk sekolah, banyak kegiatan yang saya lakukan. Seperti membantu mama dirumah. Selebihnya hanya kegiatan sehari-hari seperti makan, tidur dan main handphone.

  Hari pertama sekolah pun datang. Saya datang bersama teman SMP yang sudah menunggu sejak tadi. Saat masuk, kami langsung diarahkan untuk membuat barisan, barisan acak yang penting rapih. Setelah baris, kami dipangil satu persatu untuk membuat gugus. Ternyata saya terpisah dari dua teman saya yang lain. Dua teman saya berada di gugus yang sama sedangkan saya berbeda sendiri. 

   Setelah masuk ke kelas gugus, Saya memutuskan untuk duduk dengan orang yang ada di depan saya, karena saya lihat, dia juga sendiri. akhirnya saya pun berkenalan dengan teman-teman saya yang ada di gugus saya. Selama MPLS, saya cukup merasa lelah, padahal kegiatannya tidak cukup berat. Setiap pulang MPLS saya langsung tertidur karena lelah. 

   Selama MPLS, banyak kegiatan yang dilakukan salah satunya meminta tanda tangan kakak-kakak pengurus osis. Mungkin saya adalah salah satu dari orang yang tidak terlalu berambisi untuk mendapatkan tanda tangan. Hati terakhir MPLS ditutup dengan demo ekskul. Banyak ekskul yang menarik perhatian, tapi tidak mungkin semuanya diikuti.

   Hari seninnya merupakan hari pertama masuk sekolah setelah MPLS. Masih di kelas gugus, karna belum di bagi kelasnya. Esoknya barulah diumumkan kelas-kelasnya. Sebelumnya, pembagian kelas hanya ditempel di mading dan harus di lihat sendiri, tapi keadaannya kacau dan harus guru juga yang bertindak.

   Sebelum akhirnya diumumkan, teman saya mengatakan bahwa saya masuk kelas MIPA. Saya cukup kaget, karna pada semua angket yang berhubungan dengan jurusan saya mengisinya dengan IPS. Awalnya saya tidak percaya, sampai akhirnya diumumkan oleh guru. Akhirnya saya masuk kelas MIPA yang sudah disebutkan. Lalu, saya mendengar bahwa tidak boleh pindah jurusan setelah hari itu. Saya sebenarnya agak bimbang, harus pindah atau lanjut saja menjadi anak MIPA. Karna saya tidak tau harus bagaimana, saya melanjutkan menjadi anak MIPA. Sebenarnya jika dibilang tidak sanggup di MIPA, tidak juga, tapi karna pikiran saya sudah menuju IPS sejak awal, saya jadi bimbang.

  Saya menjalani sebangai anak MIPA selama 2-3 hari kalau tidak salah. Dihari Sabtunya, saat saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah, tiba-tiba saja terlintas lagi di otak saya, apakan saya harus pindah jurusan saja. Karna, sebelumnya saya sudah coba untuk membangun pikiran saya untuk menerima dan menjalani  sebagia anak MIPA, tapi taernyata pinkiran saya selalu membayangi untuk pindah.  Dari situ, saya coba untuk menghubungungi wali kelas saya, saya membahas keluh kesah saerta bercerita kepada Aayah saya dan menanyakan pendapatnya bagai mana bagusnya. Ayah saya mengatakan bahwa, kalau saya memang yakinnya di IPS, yasudah pindah saja, dari pada menjadi beban serta penyesalan.

   Pada hari minggunya, wali kelas saya mengkonfirmasi bahwa sedang ditanyakan ke BK dan tinggal menunggu hasilnya. Tidak lama, wali kelas saya menyampaikan kalu hari Senin besok saya bertemu dengan guru BK dan saya meng-iya-kan. Keesokannya, alias hari Senin, setelah upacara dan kembali ke kelas, tidak lama wali kelas aya menyampaikan unuk sya segera menemui guru BK. 

Saat bertemu, saya ditanyakan kenapa saya ingin pindah dan kenapa baru bilang, saya mengatakan yang sejujurnya, dan diakhiri dengan kesepakatan terima dipindahkan ke kelas IPS yang mana saja. Setelah bertemu, saya kembali ke kelas. Saat belajar tidak lama dari kembalinya saya ke kelas, guru BK menghampiri kelas saya untuk memberikan formulir kepindahan yang harus diisi. Saat kembali masuk ke kelas, semua teman-teman memperhatikan dan bertanya tanya kepada saya. Semua pertanyaan sama, kenapa pindah. Akhirnya saya menjelaskan kepada semua yang bertanya. Di kelas, mereka semua sangat menyayangkan kepindahan saya, karna mereka merasa kalau saya mampu di MIPA dan tidak perlu pindah. Kalau dibilang mampu, mungkin iya, tapi yang saya inginkan jurusan IPS.  Hari Selasa, saya masih menjadi anak MIPA karena belum memberikan formulirnya. Saya memberikannya pada saat jam istirahat, tapi saya masih tidak tau kapan saya pindah. Dan pada saat pelajaran wali kelas saya, beliau ditelepon. Setelah selesai menelpon, beliau memberi tau saya bahwa saya sudah bisa pindah besok. Dan pada saat itu juga teman-teman kelas saya menyampaikan perpisahan walaupun hanya bercanda. Tapi, saya sangat senang, setidaknya saya sempat menjadi bagian dari mereka.

   Hari Rabu datang, dan saya masuk ke dalam kelas saya sekarang untuk petama kalinya. Saya pikir, saya tidak akan diterima secepat itu. Ternyata dugaan saya salah. Teman-teman menerima dengat cepat. Dan disinilah saya sekarang, X IPS 3.

  sekian cerita perjalanan saya, Wassalamualaikum Wr. Wb. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun