Menurut David Baum (1999) e-commerce adalah satu set teknologi, aplikasi-aplikasi, dan proses bisnis yang dinamis untuk menghubungkan perusahaan, konsumen, dan masyarakat melalui transaksi elektronik dan pertukaran barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik. Sederhananya, pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi jual beli lewat elektronik dan tidak harus bertemu tatap muka atau berinteraksi secara langsung. E-commerce yang dimaksud itu, seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan platform lainnya. Meskipun e-commerce ini mempermudah masyarakat Indonesia dalam bertransaksi jual beli produk, ada tantangan yang harus dihindari salah satunya, yaitu gaya hidup konsumtif.
Gaya hidup konsumtif adalah gaya hidup di mana seseorang membeli barang atau jasa secara berlebihan dengan mengutamakan keinginannya di atas kebutuhannya sendiri. Hal berikut tentunya secara ekonomi akan mengakibatkan pemborosan biaya. Apalagi sejak masa pandemi ini, masyarakat dibatasi untuk berpergian keluar dan dianjurkan untuk menetap di rumah. Keterbatasan ini membuat bisnis e-commerce semakin meningkat pesat pada masa pandemi.
Selain pandemi, faktor lain yang mendorong masyarakat Indonesia tertarik menggunakan e-commerce adalah adanya penawaran biaya bebas pengiriman dan banyaknya potongan harga yang ditawarkan. Hal ini menarik perhatian masyarakat untuk berbelanja menggunakan platform e-commerce. Penggunaan e-commerce juga mulai meningkat pada generasi tua. Jadi tidak hanya pada generasi muda saja, hal ini disebabkan karena adanya pertukaran pengalaman dan pengetahuan antara generasi, yang mulanya trust issue menggunakan platform tersebut sekarang telah timbul percaya dengan belanja lewat e-commerce.
Apakah kalian tau bahwa gaya tren gaya hidup konsumtif ini membawa banyak dampak negatifnya daripada dampak positif? Apalagi dengan munculnya iklan dan diskon-diskon di e-commerce dapat menggiur para konsumen untuk menghamburkan uangnya. Belum lagi kalau kalian suka mengscroll akun media sosial, seperti Instragram, Tiktok, Facebook, dan akun lainnya. Pasti banyak bermunculan iklan dan influencer yang menawarkan berbagai macam produk yang mana dapat membuat kalian tertarik dan ingin membelinya. Hal ini memicu berbagai tren, seperti tren pakaian, tren skincare, tren gadget, dan sebagainya.
Akibat dari mengikuti tren tersebut, tanpa disadari konsumen bisa menghabiskan uangnya untuk hal yang bukan kebutuhannya, melainkan keinginan semata. Sebagai konsumen, kita harus pandai dalam mengontrol keuangan sendiri dan harus bijak dalam memutuskan prioritas mana yang akan di beli. Kemudian, jangan mudah tergiur dengan berbagai tawaran harga, tren yang ada, dan sebagainya.
Referensi :
Fitriana, W., & Harun. (2020). Respon Hukum Indonesia Terhadap Transaksi Elektronik (E-Commerce). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Healthy Lifestle. (2021). Tinggalkan Gaya Hidup Konsumtif dengan 3 Hal Ini. Diambil 15 Juni 2022, dari https://www.generali.co.id/id/healthyliving/detail/526/tinggalkan-gaya-hidup-konsumtif-dengan-3-hal-ini
Rahayu, I. R. S. (2022). Tren Belanja “Online” Masih Didominasi Anak Muda, tapi Generasi Tua Pun Kini Mulai Menggemarinya. Diambil 15 Juni 2022, dari https://amp.kompas.com/money/read/2022/06/02/182010626/tren-belanja-online-masih-didominasi-anak-muda-tapi-generasi-tua-pun-kini