Mensyukuri.
Banyaknya kegiatan yang bisa dilakukan oleh manusia itu mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali itu adalah suatu kesyukuran, betapa tidak Allah telah memberi kemudahan dan berbagai fasilitas yang sudah melekat dalam diri kita yang mudah kita jangkau dan kendalikan sendiri. Seperti kehendak kita melakukan makan, minum, mandi dan mengunakan pakian, begitu pula Allah memberi rasa keamanan dan yang di ciptakan, melakukan kegiatan biologis, seperti ekskresi yang mengeluarkan sisa sisa kotoran hasil proses metabolisma dalam tubuh kita sendiri seperti keluarnya keringat, tinja, air mani, air seni itu tidak lepas dari adanya bantuan dan ketentuan dari Allah yang memberi kemudahan kepada kita untuk melakukan semuanya itu, semua itu patut selalu di syukuri dengan jalan beribadah mengingat padaNya berzikir dan selalu memohon ampunan agar kita dapat menjadikan arah yang baik kepada jalanya spiritual dan mental untuk selalu menjadi hati yang bersyukur mengabdi kepadanya, tetapi hal tidak semudah apa yang kita lakukan itu, dapat kita sadari sebagai bagian dari adanya keberadaan diri untuk mengabdi menghambakan diri kepada Allah semata-mata tanpa kita sadari selalu mengeluh dan berprasangka yang negatif baik kepada orang lain maupun keadaaan kondisi yang menyertai diri kita sendiri.
Kesadaran mental itu tidak akan sehat dan selalu akan di liputi adanya penyakit yang dapat menggorogoti dari dalam diri, bila kita tidak peka kepada lingkungan yang mempengaruhi kesadaran itu sendiri, lingkungan pikiran yang selalu mengharapkan akan materi atau benda duniawiyah yang memberi pengaruh dalam hati sangatlah berpengaruh, harapan dan angan angan yang telah merasuk kedalam jiwa atau sejenisnya pelan sedikit demi sedikit akan menggorogoti atau mengikis kesadaran mental spritualisme diri kita, hati yang ingin mengingat kepada Allah saja. Hati sebagai sumber atau sebagai cetusan awal untuk melakukan pekerjaan yang direnacanakan akan memberi mengaruh besar dalam diri agar selalu aktif bergerak tetapi gerakan otak yang memerintahkan untuk memberi jalan keluar dari keaktifan hati kita sendiri. Hati yang keras tidak lembut terhadap pengaruh dari interaksi kepada seseorang dapat di rasakan sendiri dengan adanya penerimaan dan penolakan akan bentuk saran atau nasehat kepada kita sebagai orang menjalin hubungan yang baik, tentunya.