Mohon tunggu...
Khalilurrahman
Khalilurrahman Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Manusia biasa

Hanya makhluk kecil merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Zona Merah di Tanah Pusaka

26 April 2020   12:43 Diperbarui: 26 April 2020   12:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zona Merah di Tanah Pusaka.

Terhitung Semenjak tanggal 24 April 2020 peta sebaran COVID19 wilayah madura khususnya sumenep telah berganti warna Menjadi merah menyala. Yang artinya telah ada kasus terkonfirmasi positif dilwayah sumenep.

Tentu ini mengagetkan, bagaimana tidak,  sejak bbrp waktu lalu sumenep dan sampang menjadi duet mematikan dilini belakang pertahanan madura dalam pencegahan COVID19 sehingga menjadi 2 wilayah di jatim yang belum ada kasus positif dan bahkan membuat gubernur jatim ibu khofifah merasa heran bercampur kagum sehingga meminta bupati ke 2 kabupaten tersebut berbagi rahasia nya.

Yang lebih mencengangkan lagi, sekali ada kasus terkonfirmasi di Sumenep jumlahnya langsung 4 orang. Sungguh diluar dugaan. Tidak ada data PDP tetapi langsung Positif dengan jumlah yang terhitung banyak. Karena jamak,  artinya lebih dari 3.

Lalu mengapa hal ini bisa trjadi ? Itu pertanyaannya. Apakah kita kecolongan?
Melihat dari konferensi pers yang dilakukan tentu kita dibuat bingung dengan statement pemangku kebijakan.  Dimana awalnya sudah negatif lalu harus dites lagi kemudian positif.

Apakah mekanisme tes sperti rapid tes dan swab tes memiliki akurasi yang tinggi. Atau virusnya sudah sedemikian berevolusi sehingga tidak bisa menggunakan metode lama. Dan apakah selama periode itu pasien mengisolasi dirinya secara mandiri? Lalu ketika terkonfirmasi negatif kemana riwayat perjalanan nya, dengan siapa dia bercengkrama?

Pertanyaan-pertanyaan diatas secara sedehana membuktikan bahwa menangani masalah COVID19 tidaklah segampang yang dibayangkan. Perlu langkah serius, bukan bagi-bagi sembako dan amplop sebelum tadarus. Bukan juga bagi-bagi masker sembari bergerombol dan terkesan paling getol dan pol. Bagi saya ini hanyalah konten.

Dilain sisi sebenarnya saya tidak trllalu kaget, sebab kita memang kurang memiliki empati dan kesadaran dalam diri. Sehingga ktika sudah ada yg positif, inilah resikonya. Lihat saja, brpa banyak perantau yg pulang kampung, berapa yang melakukan isolasi mandiri, berapa yang jujur soal riwayat perjalanan.

Disisi pencegahan, apakah pengecekan disetiap terminal atau perbatasan sudah berjalan maksimal? Toh yang diperiksa hanya angkutan umum, tidak dengan sepeda motor atau mobil pribadi. Lain lagi dengan langkah preventif nya. Tidak ada sosialisasi ke desa-desa. Pembagian masker dan handsanitizer.  Yang ada hanya penyemprotan desinfektan. Itupun dilakukan secara mandiri berangkat dari kesadaran masyarakat. 

Dari beberapa hal diatas bisa kita simpulkan, bahwa kesadaran kita masih kurang dalam upaya ptoteksi diri dan perlindungan sosial.  Kita masih sibuk melakukan sesuatu yang bersifat kontaineble, parsial dan tidak substansial.  

Mari tingkatkan kesadaran, pertajam telinga, perluas pandangan mata dan merasakan lebih peka. Ini adalah tugas kita bersama, pemerintah yang mempunyai segala daya dan masyarakat yang membantunya dengam usaha dan doa. 

Zona merah, zona berani. Berani lawan COVID19, berani bekerja sama dan berani saling melindungi.

Opini pribadi. 

Manusia merdeka. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun