Mohon tunggu...
EmCholed
EmCholed Mohon Tunggu... -

Beraktivitas sebagai pengrajin Batik sekaligus 'kuli keceh' | Biasanya menulis curhat di separowae.com | Tinggal di Pekalongan Jawa Tengah bersama Bapak dan Emak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Helm

22 Januari 2017   13:54 Diperbarui: 27 Januari 2017   02:05 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HELM https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Arai_Vector_motorcycle_helmet.jpg

Jum'at Kliwon, 20 Januari 2017.

Saya dan seorang kawan saya, pada sekitar pukul 1 siang sehabis jum'atan, sowan ke rumah salah seorang Kyai muda di desa saya, Simbang Wetan. Tujuan kami adalah meminta izin untuk mendokumentasi pengajian tafsir oleh Kyai tersebut dan kemudian dokumentasi itu akan kami unggah ke website dalam bentuk artikel.

Sebelum Mas Kyai itu menemui kami berdua, saya sempatkan membaca beberapa tulisan yang ditempel pada dinding rumahnya. Ada beberapa quote motivasi. Rumah Kyai muda ini memang dipakai sebagai sanggar belajar anak-anak sekolah.

Pada dinding luar, saya membaca ada peringatan bahwa helm milik tamu harap diamankan sendiri karena pemilik rumah tidak bertanggung jawab jika terjadi kehilangan dan sebagainya.

Saya tersenyum kecut membaca peringatan tersebut. Dalam pikiran saya bertanya, kenapa rumah yang sering banyak tamu, seringkali memiliki peringatan semacam ini? Rumah, ruko, atau toko banyak yang ditempeli peringatan serupa di bagian depan dekat ruang parkir sepeda motor. Apakah pernah ada kasus orang kehilangan helm ketika bertamu, lalu meminta pertanggungjawaban pada pemilik rumah tersebut? Saya pribadi belum pernah mendengar ada yang demikian.

Lalu, apa gunanya orang-orang menuliskan peringatan semacam itu? Saya kira ia sekedar peringatan semata tanpa berdasar pada pengalaman mengenai pernah atau tidaknya tamu pemilik rumah meminta pertanggungjawaban atas helm yang hilang saat bertamu ke rumah tersebut.

Mas Kyai membuyarkan pikiran-pikiran saya. Kami bertiga pun kemudian membicarakan perihal tujuan kami berdua, saya dan kawan saya tadi, ke sini.

Singkatnya, Mas Kyai menyetujui sepenuhnya tujuan kami itu. Bahkan siap mendukung penuh jika sewaktu-waktu kami membutuhkan bantuan untuk perkembangan website yang kami ajukan. Selama kira-kira sejam setengah, kami bertiga ngobrol seputar website. Saya, selaku pemohon, diberi arahan serta masukan yang sangat berarti bagi saya. Terlebih, website yang saya ajukan ini saya rencanakan sebagai wadah penampung aspirasi warga, sekaligus ensiklopedi keislaman terutama dalam ranah Islam di Desa.

Saya dan kawan saya tadi kemudian pamit undur diri membawa kesan yang menyenangkan. Bagi kami berdua, sebagai pemuda desa, ketika keinginan kami dikabulkan oleh orang yang kami rasa lebih memiliki kredibilitas, adalah suatu hal yang menyenangkan, membahagiakan dan tentu saja melegakan.

Kami berdua kemudian melanjutkan sowan ke lain orang. Kali ini kami menuju ke rumah salah seorang sesepuh desa yang pernah menjabat sebagai Lurah, juga dulunya pernah menjadi seorang guru di sekolah SMP.

Di tempat kedua ini, tujuan kami adalah sekedar ngobrol tentang bagaimana wajah desa kami pada zaman dahulu. Sayang, karena tuan rumah sedang akan ada perlu, akhirnya kami hanya sebentar singgah di sana. Tak lupa, tujuan kami untuk meminjam buku, yang pada pertemuan sebelumnya sudah dijanjikan oleh tuan rumah akan dipinjamkan pada kami, kami sampaikan dan segera diberikan buku tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun