Mohon tunggu...
Khairu Syukrillah
Khairu Syukrillah Mohon Tunggu... Relawan - Aceh | khairuatjeh@gmail.com | IG @khairusyukrillah

Berbuat baiklah bukan karena surga, tapi karena tuhan sudah sangat baik kepada kita

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Hampa

9 Februari 2020   20:20 Diperbarui: 9 Februari 2020   20:13 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rintik hujan nan sendu, menutup geliat senja. Meski angin bergemuruh, halilintar meraung-raung namun pandangan kosong nan hampa menatap kaca yang berembun, lebih mendominasi jiwa.

Saat itu aku terdiam, terpaku, merenung, dengan tatapan kosong menatap hujan, inilah marahnya sang alam pada jiwa yang hampa? Pada jiwa yang meronta namun berteriak dalam diam?

Ada perasaan yang bahkan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, lalu aku berkata, kenapa? Kenapa hampa? Ada apa?

Tanpa jawab, tanpa tanggap dan senyap, seketika jemariku juga kaku untuk menuliskan ratusan kata sebagai jeritan atas jiwa yang hampa.

Semuanya gaduh, semuanya gemuruh, lebih gemuruh dari halilntar yang bergemuruh. Semua gaduh dan semuanya teriak, menjerit, meronta namun tanpa kata, tanpa suara. 

Seketika hening, seketika diam dan seketika hampa. Hampa tanpa dosa dan hampa tanpa suara.

Tuhan, maafkan atas candu hampa ini.

Brebes, 9 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun