Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Putriku 6 SD dan 2 SD Bersemangat Tahajud...

17 Oktober 2012   23:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:43 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah salah satu manfaat belajar tentang smart parenting. Inilah salah satu manfaat memilih sekolah. Inilah salah satu manfaat pendampingan seorang Ibu...

------------------------------------------------------------------------

Sejak duduk di kelas 6, saya dan N1 memiliki kesepakatan untuk sama-sama rajin tahajud dan puasa Senin-Kamis. Tujuan awalnya adalah untuk memohon kelulusan bagi N1. Di sekolah, para ustadz/ah juga memotivasi hal senada bagi para siswa untuk membangun budaya Sunnah Rasul. Mereka yang sudah dibiasakan sejak kelas 1 SD untuk sholat Dhuha, kini di kelas 6, mereka didorong untuk terbiasa melakukan tahajud dan puasa Senin-Kamis.

Hal lain yang memotivasi N1 bersemangat tahajud dan puasa Senin-Kamis adalah poin-poin yang dijanjikan oleh ustadz/ah akan diberikan kepada para siswa yang rajin melakukan Sunnah Rasul. Very good idea, right! Meskipun awalnya dipicu oleh motivasi poin, tapi tentu harapannya ke depan anak-anak akan menjadi terbiasa melakukan Sunnah Rasul sehingga kelak hal-hal demikian sudah menjadi kebiasaan, kebutuhan, dan kemudian kelak bebas dari tendesi motivasi poin.

Kini, N2 yang masih duduk kelas 2SD sudah mulai mengikuti jejak N1. Jika awalnya N2 sholat Subuh sekitar jam 5 atau jam 5.30 pagi, gara-gara tahajud pula N2 kini mulai bisa sholat tepat usai adzan Subuh.  Ya, mengetahui N1 sering tahajud menginspirasi N2 untuk berkeinginan melakukan hal yang sama. Pada hari pertama N2 tahajud, saat itu saya ada di rumah, N2 meminta saya menuliskan di buku penghubung tentang N2 yang melakukan tahajud. Maksudnya N2, agar ustadz/ahnya mengetahui hal tersebut. Di buku penghubung, ustadz/ah merespon positif. Di kelas, ustadzahnya juga memuji N2. Gara-gara pujian itulah yang membuat N2 kian semangat melakukan tahajud.

Ya, namanya anak-anak, jangan dianggap mereka melakukan tajahud setiap hari ya! Tapi setidaknya jika dalam sepekan mereka mampu dan istiqomah melakukannya 4-5 kali dalam sepekan, tentu kita harus mengapresiasinya kan. Kita yang dewasa saja belum tentu istiqomah melakukannya.

Meskipun 2N pelan-pelan sudah terbiasa tahajud, jangan dikira gampang juga membangunkan mereka. Namanya anak-anak, dibangunkan kadang enggak mau karena masih ngantuk, kadang bangun dengan ngomel-ngomel, gak dibangunkan malah ngamuk. Tadi malam saya baru pulang ke rumah Lumajang. N1 melaporkan bahwa N2 selama tidak ada saya tidak pernah tahajud. Hehehe. Tapi tadi pagi, ketika saya bangunkan, N2 bangun dengan tersenyum merekah. Bangun tidur, berdoa, dan N2 langsung berwudhu tanpa merengut. Alhamdulillah...

13505170591926281588
13505170591926281588
Mungkin bagi beberapa orangtua, tidak semua sepakat dengan pola asuh yang saya lakukan kepada anak-anak. Bagi beberapa orangtua, terkadang saya menemukan pandangan mereka bahwa saya terlalu menekan anak. Tidak jarang saya temukan yang menyatakan, ‘wong masih anak-anak kok sudah disuruh jilbaban terus’, ‘wong masih anak-anak kok dipaksa belajar’, ‘wong masih anak-anak kok gak boleh nonton TV’, ‘anak-anak itu waktunya bermain, jangan terlalu disiplin’, dan sebagainya. Mmm... ya, beberapa orangtua yang mengetahui kebijakan internal saya kepada anak-anak, tidak jarang menakuti anak-anaknya jika berulah untuk ‘diserahkan kepada saya’. Ada seorang kawan di majelis yang menyampaikan kepada saya tentang ancamannya pada putrinya, “Kamu kalau enggak nurut sama Mama, kamu tak kasih ke Tante Iis lho ya, biar kamu gak bisa nonton sinetron....”. Ada juga seorang ibu di organisasi yang saya pimpin yang menyampaikan kepada putrinya bahwa ia harus bersyukur tidak punya ibu seperti saya karena anak-anak saya tidak boleh nonton TV. Hehehe...

Mmm, tidak seluruhnya benar apa yang disimpulkan para kolega saya tersebut. Saya tidak sejahat yang mereka perkirakan. Saya memang punya aturan main tentang TV. Anak-anak saya sudah hafal pernyataan saya bahwa ‘TV lebih jahat daripada rokok’. Tentu saya memberikan penjelasan atas pernyataan saya tersebut agar mereka paham mengapa saya punya slogan demikian. Mereka masih boleh menonton TV, kartun, film ataupun tayangan lain, tapi tentu ada jam dan batas waktu serta sebatas tayangan tertentu. Masalah disiplin belajar, tidur malam, ibadah, tentu semua dibangun dengan kebiasaan-kebiasaan, bukan dengan paksaan yang menakutkan. Saya berharap jika mereka sudah terbiasa melakukan semua itu, maka kelak mereka menjadikannya kebutuhan dan dapat mengatur waktu dengan baik untuk melakukan hal-hal bermanfaat.

Pernyataan-pernyataan ‘wong masing anak-anak...’, tentu saya sangat tidak sepakat. Justru karena mereka masih anak-anak, maka inilah momen terbaik untuk membangun karakter dan kepribadian mereka. Justru karena mereka masih anak-anak, maka mereka harus dibiasakan untuk melakukan hal-hal baik. Justru karena mereka masih anak-anak, maka itulah saat-saat terbaik sel-sel otak mereka tumbuh kembang dengan cepat dan pesat. Mereka mampu menangkap dan memotret apa saja lebih baik daripada kita. Saya pun berpacu dengan waktu. Dengan keterbatasan kuantitas dalam berinteraksi dengan mereka, saya harus membangun kualitas untuk masa-masa keemasan mereka yang tidak akan terulang kembali. Saya tidak ingin menyesal jika melewati semua itu.

13505172171607042020
13505172171607042020
Mmm, membicarakan anak-anak adalah hal sensitif untuk saya. Saya bertarung melawan ego diri demi untuk mendampingi masa-masa keemasan mereka. Saya meredam cita dan mimpi saya karena ingin mengoptimalkan masa-masa keemasan mereka. Saya mungkin bukan Ibu yang baik karena saya sadar saya sangat punya banyak kelemahan, terutama dalam hal waktu. Pernah seorang walimurid menyindir saya, "Enak ya Bundanya sering pergi-pergi, bapak ibunya bisa jadi tempat penitipan anak-anak...". Tapi, I try to do the best what I have to do. Saya ingin mendampingi mereka melewati masa-masa keemasan tumbuh kembangnya karena saya tahu saat inilah sesungguhnya masa terberat saya memahat batu karang yang kelak terpatri dalam kepribadian mereka. Saya tentu tidak bisa menemani mereka seumur hidup. Saya hanya berharap jika saya sudah tiada, mereka kelak tegar dan mampu berdiri dengan kaki mereka untuk menghadapi hidup. Dunia tidak seindah yang mereka bayangkan. Mereka harus mengenal berjuang, bertahan, dan terus melangkah meski badai menghadang. Jika mereka terjatuh, jika mereka menangis, jika mereka terpuruk, jika mereka patah hati, jika mereka tersungkur, maka mereka harus segera bangkit. Jika mereka senang, jika mereka bahagia, jika mereka gembira, jika mereka tertawa, maka mereka harus bersyukur dan berbagi.

Mmm, 3 anak saya semuanya selisih 4 tahun. Akhir tahun ini, N3 tepat usia 3 tahun. Kayaknya tahun depan waktu yang tepat untuk kembali memiliki buah hati sehingga N4 kelak lahir ketika N3 berulangtahun ke-4. Pas deh semuanya jadi selisih 4 tahunan. Hehehe. Mereka semua meminta kembali adik perempuan. Kalau saya sih yang terbaik saja dalam pandangan Allah, tidak ada masalah dengan laki atau perempuan. Yang penting, doa saya, mereka tidak menjadi ujian, tetapi selalu  menjadi cahaya mata...

Ya Rabb...

Jadikan anak-anakku cahaya mata

Jadikan mereka rahmat bagi ummat

Masukkan mereka dalam barisan jundiahMu

Ya Rabb...

Aku tak tahu kapan waktuku tiba

Jika aku tiada

Izinkan semua yang kulakukan dapat menjadi bekal bagi anak-anakku menghadapi hidup mereka

Jangan Engkau tinggalkan mereka

Aku mengajarkan mereka untuk mencintai ilmu pengetahuan, mencintai Al Qur’an, dan mencintaiMu ya Azza wa Jalla

Izinkan semua itu cukup untuk mereka

Izinkan semua itu menjadi kebaikanku untuk menghadapMu

Izinkan semua itu menjadi penghapus dosaku

Izinkan mereka menjadi pembuka pintu surga untukku

Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun