Mohon tunggu...
Khairul Leon
Khairul Leon Mohon Tunggu... Freelancer - Pengangguran banyak acara

Seorang silent reader yang baru belajar menulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamatkan Bumi dengan Menabung Air Hujan

29 Agustus 2019   01:10 Diperbarui: 4 September 2019   15:35 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menabung air hujan (Dokpri)

Kata orang, Bogor adalah kota hujan, tapi sudah lebih dari sebulan tak ada setetes pun air hujan yang turun membasahi kota ini. Saya bisa memaklumi, mungkin saat ini sedang memasuki musim kemarau, curah hujan pun jadi rendah. Tetapi saya tidak pernah menyangka kalau musim kemarau kali ini akan menyebabkan kekeringan air yang cukup panjang.

Bulan lalu saya tinggal disalah satu daerah di kaki Gunung Salak, tepatnya di Ds. Kabandungan Ciapus Bogor. Selama bertahun-tahun tinggal di sana, saya tidak pernah mengalami kekeringan. Biasanya, walau sedang berada dimusim kemarau, sumber air akan tetap mengalir. Tetapi entah mengapa musim kemarau kali ini aliran air benar-benar berhenti.

Awalnya air muncul di jam-jam tertentu saja seperti di sore hari dan di pagi hari. Tapi tak beberapa lama air hanya keluar di pagi hari saja, lalu seminggu kemudian aliran air benar-benar tidak keluar sama sekali, tak ada setetespun air yang keluar dari kran! 

Sampai akhirnya saya pun menceritakan kejadian ini ke teman-teman saya yang tinggal di Bogor tetapi berbeda kecamatan. Ternyata, di tempat mereka juga sedang mengalami kekeringan. Wah, ternyata tidak hanya saya saja yang terkena musibah ini, masih ada banyak daerah-daerah lainnya yang mengalami kekeringan. 

Bahkan, berdasarkan info yang saya baca di beberapa situs berita online, diperkirakan kekeringan air ini akan berlangsung sampai bulan september mendatang. Oleh karna itu seluruh lapisan masyarakat dihimbau untuk menghemat penggunaan air.

Pompa air milik umum (Dokpri)
Pompa air milik umum (Dokpri)

Sebagai orang yang selalu hidup berdampingan dengan air, kejadian ini membuat saya frustasi.  Saya pun mulai memutar otak agar kebutuhan air saya terpenuhi. Beruntung, tak jauh dari tempat tinggal saya terdapat pompa air manual yang masih berfungsi. Biasanya pompa ini digunakan oleh warga untuk mengambil air bersih.

Setelah beberapa hari melakukan rutinitas mengangkut air, akhirnya saya kewalahan juga. Selain badan terasa pegal-pegal saya juga kehilangan banyak waktu untuk melakukan pekerjan lainya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk pindah rumah ke tempat yang sumber airnya masih banyak. 

Kebetulan saat ini saya masih mengontrak jadi saya tidak terlalu mempermasalahkan kalau sampai harus pindah tempat tinggal. Walau sebetulnya pindah rumah bukan hal yang mudah karna harus mengangkut perabotan dan merapikanya kembali di tempat yang baru. Namun, serepot-repotnya pindah rumah lebih repot lagi kalau tidak air. 

Air adalah jantungku, tanpanya aku tidak bisa hidup.

Saat saya menulis artikel ini, saya sudah berada di rumah baru yang sumber airnya berlimpah ruah. Walaupun begitu, saya tidak serta merta bisa membuang-buang air begitu saja. Justru dengan banyaknya air yang saya miliki dan dari pengalaman tertimpa musibah kekeringan, saya jadi belajar untuk lebih bijak menggunakan air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun