Mohon tunggu...
Khairul Hamzah
Khairul Hamzah Mohon Tunggu... Segment Management Specialist -

Al Faqir Ilallah...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mobnas, Jokowi dan Hendropriyono

7 Februari 2015   21:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:38 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Malaysia bukan hanya sekedar dolan atau tamasya, tapi membawa misi untuk mempererat hubungan bilateral antar kedua negara. Salah satu hasil dari kunjungan kerja tersebut adalah kesepakatan kerjasama antara Indonesia dan Malaysia untuk membuat Mobil Nasional (mobnas) di Indonesia.

Tidak tanggung tanggung, kemarin tanggal 6 Februari 2015, Presiden RI Joko Widodo didampingi oleh Perdana Mentri Malaysia Najib Tun Razak dan juga mantan Perdana Mentri Malaysia Mahathir Mohamad, menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama antara Malaysia Proton Holdings Bhd (perusahaan otomotif milik BUMN-nya Malaysia) dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (perusahaan otomotif milik AM Hendropriyono). Kerjasama ini digadang-gadangkan akan melahirkan mobnas yang mampu memenuhi kebutuhan industri otomotif di Indonesia bahkan di negara negara kawasan ASEAN.

Beragam tanggapan pun muncul, ada yang mengapresiasi dan ada pula yang kurang mengapresiasi bahkan memandang sinis. Yang mengapresiasi umumnya berpendapat bahwa Proton memang layak dijadikan mitra usaha karena pengalaman mereka yang cukup panjang dalam dunia otomotif, didukung oleh fasilitas dan R&D yang cukup mumpuni. Juga kaitannya denga peluang usaha dan lapangan pekerjaan yang bisa diciptakan dari program kerjasama mobnas tersebut.

Yang tidak/kurang mendukung program ini pun bermacam-macam, ada yang mengaitkannya dengan sentimen politik karena kebetulan yang kebagian mega proyek tsb adalah AM Hendropriyono, yang disinyalir sebagai “orang dekat” Jokowi. Sebagaimana diketahui, sebagai bagian dari timses Jokowi pada pilpres beberapa waktu yang lalu, AM Hendropriyono berjasa besar dalam mengantarkan Jokowi ke kursi Presiden RI. Terpilihnya Hendropriyono sebagai penggarap program kerjasama mobnas ini dianggap sebagai wujud imbalan jasa politik.

Adapula yang mengkritik dengan mengaitkannya kepada substansi mobnas itu sendiri yang diungkapkan dengan beragam pertanyaan seperti; kenapa harus Proton? Kenapa tidak dengan produsen otomotif yang lebih established seperti Toyota atau Honda misalnya? Kenapa tidak melanjutkan program mobnas yang sudah ada seperti ESEMKA misalnya? Hingga ke ungkapan satir seperti “Mobil Nasional Indonesia Jenis Kelamin Malaysia”, “Indonesia Jual Diri Ke Malaysia” dsb.

Ternyata perbincangan seputar istilah Mobnas ini sudah ramai sejak tahun 9 Juni 1975, yaitu ketika Toyota (pabrikan otomotif asal Jepang) meluncurkan seri Kijang generasi pertama, yang sekaligus menandai keberhasilan pembuatan mobil pertama kali di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.Sebagaimana diketahui, seri Kijang ini bisa dikatakan sepenuhnya dibuat dan dirakit di Indonesia. Maka timbullah pertanyaan; apakah Kijang bisa disebut Mobnas?

Kemudian datanglah Timor, Program mobnas milik PT Timor Putra Nasional milik Hutomo Mandala Putra yang didukung penuh oleh pemerintah Suharto melalui kebijakan resmi (Keppres dan inpres). Model pertama adalah Timor S515 yang merupakan Kia Sephia 1995 yang di-rebadging

Lantas pada tahun 2012 muncul pula ESEMKA, program mobnas yang paling heboh yang sekaligus melambungkan ikon Joko Widodo (Walikota Solo) ketika itu, berlanjut hingga beliau menjabat sebagai Presiden RI.

Demikianlah ide, rencana dan usaha untuk mewujudkan Mobil Nasional ini datang silih berganti, Setidaknya tercatat ada 13 Mobil Nasional Indonesia, baik yang sudah tidak diproduksi, sedang diproduksi, maupun yang sifatnya masih sekadar prototype. Mobil-mobil tersebut, yaitu:[2]

1.Esemka Digdaya [diproduksi oleh murid SMK Neg. 1 Singosari, Malang];

2.Esemka SUV Rajawali [diproduksi oleh SMK di Solo bekerja sama dengan PT Solo Manufaktur Kreasi];

3.Mobnas AG-Tawon [diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya bekerja sama dengan murid SMK Banten];

4.Komodo [diproduksi oleh PT Fin Tetra Indonesia asal Cimahi];

5.Moko/Mobil Toko [diproduksi oleh murid SMK Makassar atas dukungan Pemprov Sulawesi Selatan yang bekerja sama dengan PT Industri Nasional Kereta Api];

6.Marlip/Marmut Lipi [mobil listrik yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan dipasarkan oleh PT Marlip Indo Mandiri];

7.Arina/Armada Indonesia [dikembangkan oleh Universitas Negeri Serang (Unnes)];

8.Wakaba/Wahana Karya Bangsa [dikembangkan oleh Universitas Pasundan];

9.Boneo [diproduksi oleh PT Boneo Daya Utama];

10.GEA/Gulirkan Energi Alternatif [diproduksi oleh PT Industri Kereta Api (INKA)];

11.Kancil/Kendaraan Niaga Cilik Irit Lincah [diproduksi oleh PT Karunia Abadi Niaga Citra Indah Lestari (Kancil);

12.Maleo [diarsiteki oleh B.J. Habibie];

13.Timor/Teknologi Industri Mobil Rakyat [diproduksi oleh PT Timor Putra Nasional].

Namun sayang, hingga detik ini belum ada satupun dari nama nama mobnas diatas yang benar benar melambungkan nama Indonesia dalam jagad otomotif.

Nah, saat ini pertanyaan klasik itu kembali muncul. Apakah program mobnas dengan menggandeng Proton sebagai mitra kerja tersebut sudah benar benar layak disebut program Mobnas? Bagaimanakah definisi Mobnas sebenarnya?

Tidak adanya definisi standar menjadikan pengertian mobnas menjadi sumir dan bervariasi. ada yang berpendapat selama ia diproduksi di Indonesia maka ia layak mendapat predikat Mobnas. Ada pula yang berpendapat Mobnas itu harus bebas sepenuhnya dari campur tangan asing, dengan kata lain Mobnas tersebut harus Indonesia sepenuhnya, dari A hingga Z.

Saya pribadi cenderung meng-amini definisi Mobnas menurut ASIANUSA (Asosiasi Industri Automotive Nusantara), dimana menurut ASIANUSA Mobnas haruslah mememenuhi kriteria berikut:

1.Konsep Perancangan oleh orang Indonesia

2.Analisis Perancangan oleh orang Indonesia

3.Pemilik Paten (Platform) adalah orang Indonesia

4.Pemilik Perusahaan adalah orang Indonesia

5.Manufaktur dan Assembly adalah orang Indonesia

Jadi, apakah kerjasama PT Adiperkasa Citra Lestari dan Malaysia Proton Holdings Bhd ini sudah memenuhi kriteria yang dibuat oleh ASIANUSA tersebut diatas?

Mari kita tunggu dan saksikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun