Mohon tunggu...
Khairul Azan
Khairul Azan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Organisasi Pembelajar: Strategi Menuju Sekolah Unggul

25 September 2017   09:34 Diperbarui: 25 September 2017   09:37 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Organisasi pada dasarnya sama seperti mahkluk hidup. Dimana eksistensinya sangat tergantung pada kemampuan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Begitu juga dengan sekolah. Sekolah sebagai organisasi pendidikan yang misi utamanya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dituntut peka terhadap perubahan zaman. Sekolah harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di segala dimensi, baik teknologi, kebijakan, sosial,  maupun ekonomi. Sehingga bisa dipastikan jika sekolah lamban dalam menyesuaikan diri maka akan berakibat pada menurunnya kinerja organisasi serta pasar yang akan semakin sepi dan tentunnya akan berunjung pada kematian organisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa kepekaan organisasi dan mampu berdadaptasi dengan perubahan zaman merupakan kunci eksistensi sebuah organisasi khususnya sekolah sebagai lembaga pendidikan. Oleh karena itu, redesain organisasi sekolah yang mengarah pada kebutuhan dan tuntutan globalisasi sangat dibutuhkan. Redesain organisasi ini dilakukan guna terciptanya perubahan sekolah ke arah yang dinamis bukan statis. Organisasi yang dinamis selalu mengedepankan kerjasama dan kontribusi dari semua elemen guna tercapainya tujuan organisasi. Jika di sekolah, elemen yang dimaksud terdiri dari kepala sekolah sebagai unsur top, wakil kepala sekolah sebagai unsur midlle,dan guru, staf, tenaga kebersihan, serta sekuriti sebagai unsur lower.Beberapa elemen tersebut membentuk segitiga piramid dengan hirarki di dalamnya yang membatasi antara unsur top, middle,dan lower. 

Meskipun ada batasan namun pada dasarnya organisasi yang maju itu selalu memegang prinsip saling mengisi dan saling belajar baik antara bawahan sesama bawahan, bawahan kepada atasan atau sebaliknya atasan kepada bawahan. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan bahwa manusia itu bukanlah mahkluk sempurna sehingga bisa jadi apa yang dimiliki oleh seseorang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Begitu juga dalam ekosistem sekolah. Apa yang  dimiliki oleh seorang pemimpin belum tentu dimiliki oleh bawahannya, begitu juga sebaliknya apa yang bawahan miliki juga belum tentu dimiliki oleh pimpinannya. Disinilah konsep simbiosis mutualisme. Saling mengisi dan saling memperbaiki.

Oleh sebab itu, untuk menjawab perubahan lingkungan strategis yang begitu cepat  maka lewat tulisan ini penulis ingin memaparkan sebuah konsep baru yang hadir dalam kemajuan sebuah organisasi di era 90 an dan jika kita lihat konsep ini masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, yaitu sering disebut sebagai "Organisasi Pembelajar" atau dalam bahasa inggrisnya "Learning Organization".Meskipun konsep ini lahir dalam dunia industri namun tidak ada salahnya jika kita menterjemahkan dalam sudut pandang organisasi sekolah sebagai lembaga pendidikan. Konsep ini dipopulerkan oleh Peter Senge lewat bukunya yang berjudul The FifthDiscipline.Menurut Peter Senge (1990), organisasi pembelajar adalah dimana orang terus-menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola baru dan ekspansi pemikiran diasuh, dimana aspirasi kolektif dibebaskan, dan dimana orang terus-menerus belajar melihat bersama-sama secara menyeluruh.

Ada lima elemen kunci dalam kemajuan organisasi yang tertuang dalam konsep organisasi pembelajar. Lima elemen tersebut diantaranya adalah:

System thinking 

Bagian ini menjelaskan bahwa sekolah sebagai sebuah organisasi yang terdiri dari beberapa unsur di dalamnya. Beberapa unsur tersebut merupakan mata rantai yang membentuk suatu sistem kerja yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Ketika satu unsur tidak berfungsi maka akan mempengaruhi kinerja unsur lainnya. Begitu juga sistem sekolah. Tujuan sekolah tidak akan tercapai ketika unsur yang ada di dalamnya tidak saling mendukung.

Personal mastery 

Sekolah sebagai organisasi akan berhasil mencapai apa yang telah ditetapkan ketika memiliki sumber daya manusia yang  memiliki visi (mimpi) pribadi, kreatif dan selalu komitmen dengan tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu dituntut individu yang selalu belajar dan terus belajar. Belajar untuk mengembangkan dan memperluas kapasitas individu dalam mencapai hasil kerja yang maksimal.

Mental models

Organisasi akan mengalami kesulitan untuk maju ketika para anggotanya tidak memiliki kemampuan dalam mengenal diri sendiri dan memahami permasalahan organisasi. Kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan memahami permasalahan organisasi penting dimiliki oleh para anggota untuk merefleksikan struktur dan arahan dalam organisasi. Mental modelsmenitik beratkan pada perenungan diri tentang mengapa dan bagaimana kita melakukan suatu tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi atau bahasa sederhananya adalah konsep diri. Sehingga dengan adanya konsep diri ini diharapkan setiap anggota memiliki arah dan tujuan dalam bekerja baik secara bersama maupun secara individual.

Shared vision

Penjabaran visi ini perlu dilakukan guna menumbuh kebangkan sikap kebersamaan. Pecapaian visi organisasi bukanlah kerja satu orang melainkan kerja kolektif. Dengan visi bersama sekolah sebagai organisasi dapat membangun suatu komitmen bersama dalam suatu kelompok tentang harapan dan tujuan dimasa depan. Dengan adanya visi bersama bisa menjadi kompas seluruh anggota organisasi tentang bagaimana bekerja dan bertindak. Dengan kata lain visi bersama menuntun anggota organisasi untuk bergerak bersama dan menggerakkan kebersamaan. Sehingga kurang tepat kiranya jika kita lihat disekolah pada umumnya keberadaan visi hanya dipahami oleh unsur pimpinan saja dan dianggap sebagai formalitas semata untuk melengkapi syarat administrasi.   

Team learning

Bagian ini menitik beratkan pada kemampuan berfikir secara kolektif. Team learningmengarah pada prinsip belajar melalui pemberdayaan kemampuan individu yang berbeda untuk saling mengisi dan saling melengkapi. Oleh karena itu agar prinsip organisasi pembelajar berjalan efektif maka perlu adanya rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya untuk dapat bertindak sesuai dengan rencana bersama. Sehingga tidak ada istilah senior dan junior atau pimpinan dan bawahan. Dalam proses  pembelajaran semuanya saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun