Mohon tunggu...
Khairul Anam
Khairul Anam Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Seorang pembelajar sejati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hina ketika mencari, mulia ketika di cari

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kasus Korupsi Juliari Jangan Dijadikan Senjata Pembunuhan Karakter Orang Lain

13 Januari 2021   13:50 Diperbarui: 13 Januari 2021   13:59 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Orang baik tidak perlu hukum untuk memberitahu mereka agar bertindak secara bertanggung jawab, sementara orang jahat akan menemukan jalan di sekitar undang-undang."
-Plato-

Juliari Batubara menjadi pelaku kasus korupsi yang tidak dapat diterima nurani ketika di masa pandemi ia menikmati hak rakyat yang diamanahkan kepadanya untuk dibagikan. Ia berkata kepada bawahan tempatnya bertahta untuk menyalurkan baik2 kepada orang kecil. Ketika diatas ia sendiri memakan hak para jelata.

Korupsi itu bukan tentang apa latar belakang partainya, tapi kembali pada tabiat manusianya. PDI P menjadi simbol kemenangan wong cilik ketika Presiden Jokowi diamanahkan memimpin negeri 2x. Juliari menjadi nila setitik yang merusak susuk sebelangga. Kalau ada tikus di satu rumah bukan lumbungnya yg dibakar, tapi tikusnya yang dimusnahkan.

Apalagi menyeret nama orang2 yang tidak bersalah lalu dijadikan alat pembunuhan karakter diri. Bertahun2 hidup mengukir nama baik, sehari dihancurkan karena seretan kasus perbuatan sendiri. Kasihan nanti pegawai Kemensos yang tidak salah jadi korban. Karena Kemensosnya adalah instansi terhormat dengan fungsi yang mulia.

Apalagi sampai menyeret2 nama orang diluar lembaga. Tersebut Gibran Rakabuming mau diseret ke pusaran kasus. Tapi KPK cukup cerdas dan professional menjalankan tugasnya. Tidak mungkin penjual martabak dan pisang ikut campur urusan bansos Gelar anak Presidenya saja tidak pernah sekalipun dimanfaatkan. Dia lebih memilih jadi pengusaha kaki lima.

Adapula sayup terdengar Trial By Press yang dialami politisi Herman Herry. Tuduhan tanpa alasan yang dilakukan oleh Satyo Purwanto, Direktur Oversight of Indonesia Democracy Policy. Statement tendensius tanpa bukti tersebut jadi borok yang tidak baik untuk Demokrasi Indonesia. Jangan membunuh nama baik orang2 yang tidak berdosa.

Sebijaknya media tidak memainkan isu tanpa memberitakan 2 sisi. Prinsip independensi jurnalisme harus ditegakan. Azas praduga tak bersalah harus dijunjung tinggi. Semua orang dianggap tidak bersalah sebelum pengadilan menyatakan bersalah. Dewan Pers sebaiknya mulai. Mengevaluasi media2 nakal yang menggiring opini sesat.

Beruntungnya Indonesia masih memiliki media2 kredibel nasional yang memiliki standar pemberitaan baik. Sehingga lebih banyak suara kebenaran tetap bisa disampaikan, dan lebih banyak nama baik yang bisa dijauhkan dari fitnah.

"Tegakan Keadilan Walaupun Langit Runtuh!"
-Lucius Calpurnius-

(Fiat Justitia Ruat Caelum)

Oleh:

Khairul Anam*

*Ketua Milenial Muslim Bersatu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun