Mohon tunggu...
Khairina Retnaningtyas
Khairina Retnaningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sikapi Masalah Anak dengan Kemampuan Self Awareness

7 Desember 2021   20:11 Diperbarui: 7 Desember 2021   20:20 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Self-Awareness (Sumber: Pixabay)

Kesadaran diri merupakan kemampuan seseorang untuk menyikapi masalah dan keadaan yang dihadapinya dengan sangat baik, karena orang tua mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki anak-anaknya.

Perkembangan sosial emosional memiliki peranan yang sangat penting bagi adaptasi anak terhadap orang lain. Jika anak memiliki komunikasi sosial yang baik, maka permasalahan yang dialami oleh anak juga akan ikut terbantu. Agar anak memiliki kemampuan sosial emosional yang baik maka diperlukan stimulasi yang sesuai dengan prinsip belajar anak usia dini.

Stimulasi ini bisa didapat dari pembelajaran di sekolah dengan memperhatikan kurikulum yang berlaku, menggunakan metode dan berbagaim media pembelajaran (Nisa et al., 2021). Dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak terdapat 5 indikator perkembangan sosial emosional (baca: 5 Kompetensi Pembentuk Social and Emotional Learning), yaitu: a) Kesadaran diri (self awareness), b) Manajemen diri (self management), c) Kesadaran sosial (social awareness), d) Kemampuan relasi (relationship skill), e) Pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision making). Komunikasi, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta menerima dan memberi pendapat kepada orang lain juga merupakan berapa keterampilan social yang penting untuk mendukung perkembangan kesadaran diri anak.

Dari lima indikator tersebut kita akan membahas tentang Self-Awareness (Kesadaran diri), yang mana kesadaran diri merupakan kemampuan seseorang untuk menyikapi masalah dan keadaan yang dihadapinya dengan sangat baik, karena orang tua mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki anak-anaknya. 

Maka dengan begitu anak akan berpikir dengan matang sebelum mengambil keputusan, hal ini terjadi karena mereka mengetahui dampak apa saja yang akan terjadi setelah memutuskan hal tersebut. 

Dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kesadaran diri yaitu orang yang mampu mengambil keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang untuk menyelesaikan masalah tanpa merugikan dirinya dan orang lain. Goleman mengatakan bahwa kesadaran diri (self-awareness) yang baik yaitu akan tercapai apabila seseorang dapat mengembangkan kesadaran diri, mengendalikan hati dan kemampuan  untuk bersikap optimis (Nafisa dalam  Nisa et al., 2021).

Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran diri anak yaitu dengan adanya tuntunan dari keluarga terutama orang tua. Peran keluarga tidak hanya sebagai formalitas semata, namun harus lebih optimal dalam membentuk kesadaran diri pada anak. Lingkungan keluarga dan sekolah perlu membuat kesepakatan tentang nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan kepada anak agar mereka memiliki kehidupan yang harmonis baik itu di sekolah, rumah maupun di lingkungan masyarakat. Nilai-nilai yang bisa diajarkan antara lain kejujuran, kasih sayang kepada sesame, pengendalian diri, kerja sama, sikap saling menghormati, tekun dan tanggung jawab (Flurentin, n.d.)

Saat anak melakukan penyesuaian diri di sekolah, ada banyak kasus siswa yang mengalami berbagai kendala seperti kurangnya rasa percaya diri, canggung, ragu ketika bertindak, gelisah dan overthinking terhadap pandangan orang lain atas dirinya. Dampaknya, anak akan merasa cemas secara berlebihan tentang semua hal yang ada dalam dirinya. Perasaan seperti inilah yang akan menghambat proses belajar anak baik itu dalam kemampuan respond an kreativitas. Menurut Scheneider (dalam Julianto et al., 2016) individu yang disesuaikan dengan baik (well adjusted) yaitu mereka yang dengan keterbatasan, kemampuan yang dimiliki dengan sesuai corak kepribadian, telah berupaya untuk belajar agar memiliki reaksi terhadap diri sendiri dan lingkungannya dengan cara dewasa, bermanfaat, memuaskan dan efisien.

Untuk memberikan pembelajaran sikap pada anak maka diperlukan latihan kesadaran diri, pemahaman multicultural dan penguasaan kecakapan hidup. Hal ini diterapkan dalam membangun keterlibatan dan kesadaran diri anak baik itu dalam kegiatan akademik maupun non akademik. Maka dari itu diperlukan latihan kesadaran diri (self awareness), latihan ini dilakukan sepanjang kita hidup dan tidak ada batas akhirnya. Kesadaran diri memiliki kaitan dengan sikap dan nilai yang mencakup perilaku seperti minat, perasaan, emosi, nilai dan sikap. 

Dalam upaya mewujudkan hal tersebut maka akan dikaitkan dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Dalam lingkup kognitif diharapkan anak mampu memahami dirinya dan lingkungannya sendiri. Sedangkan dalam psikomotorik diharapkan anak berkenan dengan tindakan atau kecenderungan individu dalam bertindak, yang mana hal tersebut menandakan bahwa anak telah memiliki kesadaran diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun