Mohon tunggu...
Khairil Miswar
Khairil Miswar Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Pemulung Buku Tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggugat “Moral” Wakil Rakyat

12 Juni 2015   10:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Tragedi DPRK Bireuen)

Oleh: Khairil Miswar

Bireuen, 11 Juni 2015

Bagi masyarakat Indonesia, sudah tidak aneh lagi jika terdengar ada anggota dewan yang nyeleneh. Sepertinya hal tersebut sudah menjadi semacam tren tersendiri di abad modern, di mana ramai orang-orang terhormat yang sudah tak layak dihormati. Mendengar ada oknum anggota dewan nonton “video panas” di gedung dewan, kita hanya bisa tersenyum. Demikian pula jika beredar kabar ada oknum anggota dewan melakukan mesum, juga sudah dianggap sebagai fenomena yang biasa saja. Adapun terkait kasus korupsi dan sejenisnya yang melibatkan oknum dewan, juga semakin tidak relevan untuk dibahas, mengingat perilaku tersebut sudah menjadi semacam “tradisi” yang terus dipertahankan.

Penyakit moral dalam tubuh sebagian oknum anggota dewan, tidak hanya terjadi di pusat Republik ini, tetapi penyakit tersebut juga menyebar ke seluruh pelosok negeri. Bahkan di negeri syariat pun perilaku ini kian “merajalela”.

Beberapa hari lalu, tersiar kabar bahwa seorang anggota dewan (DPRK) di Bireuen, Faisal Hasballah, mengamuk dan “berkicau” sehingga membuat suasana menjadi “gaduh”. Berita yang awalnya disodorkan oleh Koran Bireuen, menyebut bahwa anggota dewan yang mengamuk tersebut disebabkan stress masalah pribadi. Namun di tengah arus informasi yang semakin canggih saat ini, bermunculan pula berita lainnya seputar tragedi tersebut.

Kompas.com memberitakan bahwa Faisal yang merupakan politisi Partai Gerindra tersebut tidak hanya mengamuk, tetapi ia juga membeberkan sejumlah pernyataan kontroversial terhadap legislatif tempatnya bekerja. Faisal menuding kegiatan DPRK untuk keluar daerah, seperti bimtek, studi banding, tak lebih dari kegiatan menghabiskan uang negara hanya untuk mabuk-mabukan dan main perempuan.  Faisal juga mengatakan, bahwa semua anggota Dewan harus mengikuti tes urine untuk membuktikan mereka menggunakan narkoba atau tidak.  Tidak hanya itu, Faisal juga menyinggung ijazah palsu Ketua DPRK Bireuen.

Dalam “ceramahnya”, Faisal juga memaparkan bahwa banyak anggota dewan yang sekarang ini  berasal dari kalangan aktivis, tetapi hanya dengan disodorkan uang lima juta oleh orang lain, mereka berubah haluan tidak dan lagi memperjuangkan kepentingan rakyat. 

Analisis Pernyataan Faisal Hasballah

Meskipun pada awalnya sebagian pihak menyebut Faisal stress sehingga membuka “aib” rekan sendiri, namun asumsi ini nampaknya sudah “terpental” dengan adanya pengakuan dari Faisal bahwa dirinya sangat sadar ketika mengeluarkan pernyataan kontroversial tersebut. Media Juang News terlihat sangat aktif mengawal kasus ini dengan informasi yang up to date.

Sebelum berbincang terlalu jauh, kiranya perlu ditegaskan bahwa tulisan ini tidak bermaksud untuk membela siapa pun, dan tidak pula untuk menuding seorang pun. Di sisi lain, saya juga sudah merasa “bosan” memperbincangkan topik ini. Namun, sebagai bagian dari masyarakat Bireuen, saya merasa punya hak untuk sedikit “berkicau”, sebagai pengganti proh ok di kedai kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun