“Leona!“ panggil seseorang dari kursi penonton.
“Suara itu. Aku mengenalinya,“ batinku.
Saat aku menoleh kearah suara itu berasal, aku melihat ibu. Ya, ibuku ada disini, di pertandingan bola basketku. Aku sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa – apa. Wajah ibu terlihat tersenyum bahagia. Saat iku aku merasa sangat lelah sehabis bertanding. Saat aku berlari ingin menemui ibu, pandanganku perlahan menggelap, dunia terasa berputar. Lalu tanpa kusadari, akupun terjatuh.
Gelap, Semuanya terlihat gelap. Saat aku mulai melihat cahaya, aku melihat lampu yang sangat terang. Aku melihat sekitar, terlihat ibuku sedang menangis duduk di kursi sebelah tempatku berbaring.
“Bu,” panggilku.
“Yaampun Leona kamu sudah bangun! Syukurlah! Maafkan ibu ya nak selama ini selalu memaksamu pandai dalam hal yang tidak kamu minati. Kamu memang kurang pandai dalam pembelajaran, namun bakat basket kamu luar biasa nak. Maafkan ibu, ibu baru menyadari hal itu sekarang,“
kata ibuku sambil terisak.
“Iya tidak apa- apa bu, terima kasih sudah percaya padaku. Walaupun butuh waktu yang tidak sebentar bagi ibu untuk menyadarinya,“ jawabku dengan suara lemas.
Ibupun memelukku dengan erat. Aku membalas pelukan ibu dengan badanku yang masih lemas.
Tak terasa, sudah 4 bulan semenjak pertandingan yang menentukan masa depanku. Sekarang aku sudah mendaftar SMA negri favorit dengan prestasiku tersebut. Jantungku tidak bisa berhenti berdegup menunggu hasil seleksi.
“Halo?” suara ibuku terdengar sedang menjawab telfon dari seseorang.
“Alhamdulillah!“ kata ibu dengan suara lancang, “nak kamu lolos seleksi!”