Mohon tunggu...
Kezia AryaniUlitua
Kezia AryaniUlitua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulusan Mentari Intercultural School Bintaro; Co-Editor dan Writing Manager di MINDOVERMATTER ZINE!

—

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Geladi Hominisasi di UNPAR: Pengalaman dan Pendidikan Tak Terlupakan

31 Mei 2022   14:38 Diperbarui: 31 Mei 2022   14:42 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Matahari terbit. Hari yang baru, namun rutinitas yang sama. Ketika saya memeriksa inbox surel saya, mengantisipasi datangnya instruksi pengerjaan tugas pra-Geladi Hominisasi, benak saya menggambarkan sebuah konsepsi akan tugas yang mungkin akan diberikan: mungkin sebuah esai dengan jumlah kata yang berkisar dari 1000 kata ke 1500 kata, atau mungkin sebuah infografis yang mengandung dua lembar informasi. Namun, ketika saya membuka surat elektronik yang memuat mekanisme tugas pra-Geladi, saya tertegun sejenak.

Saya diminta untuk mendengarkan lagu Indonesia Raya tiga stanza, dan disuguhi dengan deretan pertanyaan yang melibatkan perasaan nurani dan nasionalisme saya alih-alih pengetahuan akademis atau hafalan. Dalam mengerjakan tugas ini, raga saya sebagai warga negara Indonesia dibangkitkan dan dibuat haru oleh lirik-lirik Indonesia Raya yang sebelumnya saya tidak tahu ada --- dalam hal ini, saya memilih bait "Di sanalah aku berdiri, Untuk s'lama-lamanya." Bait ini menimbulkan rasa haru dalam hati saya, karena telah memperingatkan saya akan darah Indonesia yang akan selalu mengalir dalam nadi saya --- kemanapun saya pergi, jiwa raga-ku akan tetap milik Indonesia. Mau apapun yang terjadi, saya akan selalu kembali, dan terhubung ke tanah Ibu Pertiwi saya.

Proses Geladi Hominisasi mengambil topik nasionalisme ini, dan memecahkannya ke beberapa faktor yang berbeda, mendalami aspek penggunaan bahasa dan juga kemampuan untuk berpikir kritis sebagai komponen-komponen integral untuk berwarganegara. Ketika konsep-konsep ini dijelaskan ke saya dalam pengantar Geladi, wawasan saya pun terbuka untuk ilmu yang akan dicurahkan.

Pada awal proses geladi, saya ingat akan nasihat yang disampaikan oleh salah satu dari dosen pengampu, menghimbau kami untuk tidak memikirkan durasi acara pada hari itu, karena akan terasa seperti lebih lama dan membosankan. Sebenarnya, saya sudah pernah mendengar himbauan seperti itu berkali-kali sebelumnya --- karena ini, saya mengabaikannya. Namun, untuk kasus ini, nasihat tersebut berfungsi; selama proses Geladi, saya cukup terserap dalam penjelasan dan pemaparan yang diberikan. Ketika waktu untuk formulasi presentasi kelompok tiba, saya asik membahas topik Hari Buku Nasional dengan teman-teman sekelompok serta dosen pendamping kelompok kami, serta cara untuk memaparkan topik kami kepada teman-teman lainnya. Tidak terasa, proses geladi berlanjut hingga berakhir. 

Bahasa merupakan komponen yang penting bagi identitas nasional, dan identitas tiap warga negara Indonesia; kemampuan untuk berbahasa, tentunya mengatasnamakan Bahasa Indonesia, perlu diasah untuk memperkuat identitas diri. Tidak hanya merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun juga untuk mengekspresikan segala hal dalam ranah akademis, artistik, filosofis, dan berbagai macam sepertinya --- untuk menanam bibit-bibit pengetahuan dan cinta nasional, dan menjadi landas untuk segala hal berbau Indonesia.

Geladi pun telah mengajarkan saya bahwa kemampuan untuk menggunakan logika secara lihai merupakan kunci untuk menjadi warga negara yang lebih baik lagi, mengasah mata dan juga pikiran untuk mencerna segala informasi yang didapatkan, serta berkontribusi kepada masyarakat dengan memberikan hasil jerih payah-ku yang sudah saya proses dengan pemikiran dan persiapan yang matang. 

Semua ini telah membantuku mempersiapkan diri menjadi anggota komunitas masyarakat Indonesia secara keseluruhan, namun juga melengkapi saya dengan alat-alat dan pengetahuan yang akan membantu saya selama durasi saya menjalani perkuliahan. Di antara lain, dinamika kelompok menggiatkan diriku untuk menjadi lebih aktif dalam ranah berteman dan bertukar pikiran dengan sesama mahasiswa, dan juga untuk mengambil peran lebih terlibat ketika menemui situasi dimana perlu berdiskusi dan berdinamika dengan sekelompok mahasiswa. Pengetahuan dan pendalamanku tentang bahasa Indonesia akan membantu dalam literasi yang akan mengasah otak untuk menerjang berbagai pelajaran dan kelas yang akan kuikuti selama kuliah, dan ini pun merupakan dampak sama yang akan kudapatkan dengan memperoleh cara berpikir yang lebih jernih dan kritis. Secara keseluruhan, pengalaman saya mengikuti Geladi Hominisasi sangat positif, dan saya menyelesaikan program ini menjadi mahasiswa dan warga negara yang lebih baik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun