Mohon tunggu...
Kezia Ophelia Valeda
Kezia Ophelia Valeda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Murid/mahasiswi

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takut dan Bahagia

29 September 2022   20:37 Diperbarui: 29 September 2022   20:42 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak terasa sudah 5 tahun berlalu. Kejadian di siang hari itu berhasil membuat jantung Zevanya berdetak hebat. Walaupun hari itu adalah hari ulang tahun ayahnya, tapi tetap saja rasa bahagianya dikalahkan oleh rasa takut.  Tidak hanya Zevanya yang merasakan hal itu, tetapi ayah, ibu, dan juga kakak perempuannya.

Siang itu, rencana Zevanya dan keluarganya adalah menikmati keindahan Pantai Pangandaran. Mereka duduk bersantai sembari meminum es kelapa. Zevanya yang sudah mulai bosan pun mengajak keluarganya ke Pasir Putih.

"Ayah, Ibu, Kakak...Ayo naik perahu, kita pergi ke Pasir Putih", ucap Zevanya dengan memasang muka penuh semangat.


"Ahhh ngapain Dek, udara di sana lebih panas", ucap sang kakak yang terdengar malas.


Mendengar penolakan dari Vania, sang kakak, Zevanya memutuskan untuk merajuk pada ayah dan ibunya. Berharap bahwa ajakannya dapat disetujui.


"Ayah, Ibu..Zevanya pengen banget pergi ke Pasir Putih. Zevanya pengen banget cari ikan-ikan kecil di sana", kata Zevanya.


Hati ayah pun akhirnya luluh juga oleh perkataan lembut si bungsu, begitu juga dengan ibu.


"Iya sayang, kita akan pergi ke sana. Kakak mau ikut ibu cari penyewaan perahu gak?", tanya ibu pada anak pertamanya.


"Ya sudah, ayo bu, sekalian aku ingin membeli topi untuk dipakai di sana", jawab Vania yang langsung mengajak ibu pergi.


Zevanya tersenyum lebar setelah mendengar bahwa ayah, ibu, dan juga kakaknya mengiyakan ajakan pergi ke Pasir Putih. Sekitar tiga menit berlalu, ibu dan kakak datang kembali ke tenda pantai bersama seorang bertopi nelayan.


"Yah, Dek, ayo kita siap-siap pergi ke Pasir Putih. Puji Tuhan kita sudah dapat penyewaan perahunya," ujar ibu sambil melihat ke arah pria bertopi nelayan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun