Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                Kini matanya membulat dengan mulut sedikit terbuka, masih tidak percaya dengan apa yang dia baca. Ia bergegas menghampiri Bunda Helen yang sedang berada di dapur. Ia berlari, menimbulkan suara gaduh dari telapak kakinya di sepanjang lorong kamar.

                "Bunda! Bunda Helen! Lihat ini, Vino dapat surat dari sekolah. Vino lolos tes untuk olimpiade Fisika tingkat kabupaten! Vino akan mewakili SMAN 1 Mendoyo, Bunda!" Adalvino mengatakan itu dengan mata berbinar, ia merasa sangat senang.

                "Serius, nak? Selamat ya, Bunda sangat bangga sama kamu," Bunda Helen memeluk Adalvino dengan penuh kasih sayang.

                "Vino diundang untuk karantina dengan murid-murid dari sekolah lain yang akan jadi perwakilan Kabupaten Jembrana seperti Vino."

                Melihat Vino yang sangat bahagia membuat Bunda asuhnya itu juga bahagia. Ia tak menyangka, anak asuh nya ini sudah sangat besar dan membanggakan.

                "Semoga saja dengan begini, aku bisa bertemu lagi dengan orang tuaku ya Bunda," mendengar hal itu Bunda Helen memasang wajah khawatir, wajah ketakutan.

                Vino yang melihat hal itu ingin bertanya apa ada yang salah? Namun sesuatu di dalam dirinya mencegahnya untuk mengatakan hal itu. Ia merasa tidak boleh bertanya. Vino kemudian berusaha mengalihkan topik untuk menghilangkan suasana tegang yang terjadi.

 

BAGIAN 2

KAMU PASTI BISA!

                Hari Senin, hari yang sangat tidak disukai oleh para murid. Alasannya sudah jelas, karena upacara bendera di pagi hari yang sudah terasa sangat panas ini. Kaki pegal. Keringat mengucur di dahi dan di punggung. Kulit yang terasa panas tersengat sang surya. Tapi tidak ada yang mengeluh, sebagai tanda penghormatan kepada para pahlawan di masa lampau.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun