Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                Adalvino menelan salivanya lalu melanjutkan, "Disini ada Zeus." Ucap Adalvino dengan mata serius. Zeus? Dewa petir dan langit maksudnya? Leo kebingungan.

                "Aku ke toilet dulu ya." Adalvino pun pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya. Saat ia keluar dari toilet itu, dilihatnya pria tadi pagi memakai jas. Terlihat seperti bos-bos mafia yang biasa ada di dalam film. Adalvino terkejut. Tapi, tanpa pikir panjang Adalvino mengikuti lelaki itu diam-diam.

                Ia tidak mengerti kenapa ia sampai harus melakukan ini. Pikirannya dipenuhi awan. Perasaannya kacau. Diikutinya lelaki ini sampai di bagian restoran yang sangat sepi. Tak ada orang lain yang nampak lalu-lalang. Untuk benafas pun Adalvino harus menahannya.

                Pria itu masuk ke salah satu ruangan yang ada di lantai dua restoran. Sepertinya itu adalah ruang pribadinya. Pintu ruangan itu sedikit terbuka, membuat Adalvino bisa sedikit mengintip ke dalamnya. 'Uh, tidak terlihat apa-apa' batin Adalvino gusar.

                Ia mendekatkan kupingnya kea rah pintu itu, barangkali akan terdengar sesuatu disana. Ia menutup matanya untuk mempertajam pendengarannya, dan akhirnya samar-samar ia bisa mendengar suara dari balik pintu itu.

                Setidaknya terdengar ada tiga orang di dalam sana. Yang pertama suara barinton lelaki tadi, lalu suara anak kecil dan juga suara lembut ibunya. Apa? Ibu? Itu suara ibuku? Batin Adalvino berteriak kala menyadari ada suara wanita yang paling ia rindukan selama ini. Tanpa sadar, ia mendorong pintu yang ada di hadapannya untuk melihat apakah benar pemilik suara itu adalah ibunya.

                Namun apa yang dilihatnya malah membuat perasaannya terluka. Dapat ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri, dihadapannya sang ibu sedang mencumbui seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun dengan begitu mesra.

                Lelaki itupun turut memanjakan anak perempuan itu. Ia sudah tahu, lelaki itu adalah ayahnya. Ayah kandung yang tidak pernah ia lihat seumur hidupnya sampai siang tadi. Dan wanita itu, ia berani bersumpah bahwa wanita itu adalah sosok 'ibu' yang selalu ia nanti kedatangannya.

                "Ibu...?" lirih Adalvino dengan mata berkaca-kaca.

                Suara Adalvino memang pelan, namun dapat terdengar jelas di ruangan itu. Ketiga orang yang nampak seperti keluarga paling bahagia di bumi itupun menoleh.

                "Siapa kamu? Kenapa kamu bisa ada disini?" sosok yang ia yakini adalah ayah di hidupnya itu maju sambil mengangkat telunjuknya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun