Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                "Iya, makannya sekarang Adalvino masuk rumah ya, mandi dulu terus makan."

                "Iya, ayo Bi!"

                Suasana itu masih terasa bagi Adalvino yang kini beranjak dewasa. Ia tidak tahu apa yang salah pada dirinya sampai kini hidupnya bisa berubah. Ia bahkan mulai lupa sejak kapan hidupnya berubah. Ia ingat betul, dulu ada sosok yang ia panggil 'Ibu' yang selalu membawakannya barang-barang yang menyenangkan. Selalu memberikan makanan enak. Dan selalu memeluknya diatas tempat tidur sambil menceritakan kisah-kisah untuk mengantarnya tidur. Meski setiap kali ia kembali membuka mata, sosok ibu itu pergi ke tempat yang tidak pernah ia ketahui ada dimana.

               

BAGIAN 1

SEBUAH SURAT

Kini, Adalvino berada di sini. Di tempat ia mendapatkan banyak kasih sayang. Kasih sayang dari para donatur. Kasih sayang dari Buda Helen, pengurus Panti Asuhan Philautia tempatnya tinggal sejak sebelas tahun yang lalu. Ia juga mendapat kasih sayang dari saudara-saudara angkatnya disini. Tempat yang selalu dipenuhi kehangatan dari orang-orang yang memiliki nasib sama dengannya. Tempat yang dipenuhi kesederhanaan.

"Kak Adalvino, di depan ada yang nyariin Kak Vino. Katanya sih temen sekolah," Dinda, adik asuh Adalvino tiba-tiba muncul.

"Eh, Dinda ngagetin aja. Temen sekolah?" Tanya Vino sambil bangkit dari duduknya.

"Iya Kak, orangnya tadi udah Dinda suruh masuk. Sekarang lagi nunggu di ruang tamu," teman sekolah? Siapa ya, tumben ada yang nyamperin kesini, batin Adalvino.

"Yaudah, makasih ya Dinda, Kak Vino mau ganti celana dulu. Dinda keluar dulu ya..." Adalvino mengusap lembut puncak kepala Dinda yang hanya setinggi pinggangnya itu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun