Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                Adalvino memilih untuk kembali ke kamarnya, sedangkan Arunika memilih untuk pergi mencari makan. Setibanya di kamar, Adalvino tersentak mendengar suara Leo yang sedang berbicara di telepon,

                "Cukup ya Ma! Kalau Mama sama Papa masih tetep mau ngambil keputusan itu, Leo sama Lea lebih baik pergi aja!" Leo terdengar sangat emosi.

                "...." Suara di telepon tidak terlalu jelas di dengar Adalvino

                "Apa? Bisa-bisanya Mama bilang kayak gitu. Apa yang harus dipilih Ma? Apa?! Leo sama Lea udah sering bilang ya, kami gaakan pernah milih mau ikut sama Mama atau ikut sama Papa!" Leo setengah berteriak. Urat-urat muncul di keningnya.

                "Demi kami? Kalau kalian memang memikirkan perasaan kami, harusnya dari awal keputusan ini gausah kalian buat! Pasti ada jalan keluar lain Ma... Kalau Mama dan Papa tetep ambil keputusan itu, kami lebih memilih untuk pergi. Sudah ya, kami harus fokus buat olimpiade lusa. Jangan ganggu kami." Leo memutuskan sambungan telepon dengan ibunya. Ia kemudian melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur lalu memijit keningnya yang terasa berkedut.

                Terdengar helaan nafas yang sangat berat. Adalvino menghampiri Leo dan duduk di sampingnya,             "Ada masalah Le?" tanya Adalvino lembut pada teman satu kamarnya itu.

                Leo terkejut karena tak menyadari kedatangan Adalvino. Ia pun ikut terduduk di pinggir tempat tidur, "Enggak kok, bukan apa-apa." Jawabnya dengan memalingkan mukanya untuk menyembunyikan perasaannya.

                "Ternyata bener ya kata kembaranmu si Lea, kamu ga bisa bohong orangnya," Adalvino terkekeh melihat tingkah Leo. "Mau cerita? Aku siap dengerin walau belum tentu bisa bantu, tapi seenggaknya perasaanmu akan lebih tenang." Adalvino memegang pundak Leo berusaha meyakinkan.

                "Sebenernya ini masalah keluarga sih Vin. Aku juga bingung mau nyeritanya kayak gimana, tapi intinya Mama Papa ku berencana untuk pisah." Terlihat raut kesedihan di wajah Leo.

                "Kamu tahu alasannya?"

                "Setahuku sih mereka ngerasa udah saling ga cocok lagi. Lucu ya, selama ini aku selalu berpikir pernikahan itu adalah hal paling serius yang akan di jalani oleh manusia. Tapi mereka dengan gampangnya ingin mengingkari janji suci mereka hanya karna alasan itu," Leo tersenyum lirih kala membayangkan keadaan rumahnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun