Mohon tunggu...
Kezia AmeiliaSaktyani
Kezia AmeiliaSaktyani Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Semua dimulai dari bawah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Langkah

24 Februari 2021   02:38 Diperbarui: 24 Februari 2021   02:43 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                Kemudian seorang wanita seumuran ibunya keluar dan memeluk Vino. Hangat dan nyaman. Itulah yang ia rasa saat bertemu pertama kali dengan Bunda Helen. Dan setelahnya, tidak tahu apa alasannya Adalvino mulai tinggal disini, sebagai anak asuh Bunda Helen di panti asuhan ini.

                "Hei! Melamunin apa kamu Adalvino?" teguran Pak Anton menyadarkan Adalvino. Ia tidak sadar terhanyut dalam kenangan masa lalu sampai bisa melamun ditengah pelajaran yang di berikan Pak Anton.

                "Kamu sakit, Vin?" Arunika memiringkan kepalanya memperhatikan Adalvino yang terlihat sedikit pucat.

                "Eh, maaf. Saya tadi melamun." Adalvino gelagapan.

                "Tolong fokus ya. Besok kalian kan akan mulai karantina, jangan dulu mikirin hal-hal lain oke? Ingat, kalian punya tujuan yang harus di capai kan? Jadi ayo konsentrasi." Ucap Pak Anton dengan tegas.

                "Baik pak." Ucap mereka berdua bersamaan.

                Mereka kembali fokus pada soal-soal yang diberikan oleh Pak Anton. Pak Anton bilang kalau mereka sudah selesai mengerjakan soal-soal tersebut, mereka boleh pulang. Hal itu tentu membuat mereka jadi semangat utnuk mengerjakan soal agar bisa cepat pulang dan mengistirahatkan tubuh mereka.

                Diperjalanan pulang Arunika dan Adalvino mampir ke supermarket untuk membeli beberapa barang untuk karantina besok. Mereka mencari apa yang mereka butuhkan. Sikat gigi, shampoo, sabun dan beberapa camilan. Debaran di dada mulai terasa kala membayangkan karantina besok.

                Selesai berbelanja mereka pun melanjutkan perjalanan pulang. dengan plastik putih yang mereka jingjing. Sepanjang perjalanan mereka banyak mengobrol dan bercanda, sampai Arunika mulai menyinggung kejadian saat bimbingan tadi.

                "Vin, tadi kamu beneran ga kenapa-napa? Mikirin apa sih, jangan bilang kamu grogi banget sampai gabisa fokus untuk besok," Arunika memasang tampang khawatirnya.

                Adalvino yang mendengar pertanyaan itu bingung harus menjawab apa. Tapi entah bagaimana ia merasa tidak boleh berbohong kali ini, "Aku teringat kejadian masa kecilku." Ucapnya dengan tatapan kosong.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun