Mohon tunggu...
Keyren Johana Ginting.S
Keyren Johana Ginting.S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis sebuah artikel

Keyren Johana Ginting.S, mahasiswa Teknik dan Manajemen Lingkungan sekolah vokasi ipb 58

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pandangan Serius terhadap Covid-19

16 Juli 2021   12:39 Diperbarui: 16 Juli 2021   13:18 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

     Coronavirus desease atau yang biasa dikenal dengan Covid-19 bukan hal yang aneh lagi untuk didengar. Pandemi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan seluruh dunia. Perang yang sedang kita hadapi sekarang adalah perang dalam melawan virus mikroorganisme. Virus ini dideteksi berasal dari kota yang  bernama Wuhan, China. Virus ini juga terkenal sangat mematikan yang tidak bisa dianggap sepele oleh seluruh manusia di dunia. Hal yang sangat tidak terduga dan diharapkan sebelumnya malah sudah menjadi hal yang sangat ditakuti sekarang. Wabah yang sudah dianggap menjadi pandemi ini memaksa kita untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

     Meskipun sudah banyak yang mengikuti gaya hidup baru itu, tetapi tidak sedikit juga yang kurang memberi perhatian terhadap pandemi ini sejak pertama kali dideteksi dua orang Jepang yang terkonfirmasi positif pada tanggal 2 Maret 2020 lalu. Pada 9 April 2020, kasus ini sudah menyebar ke 34 provinsi yang ada di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia telah mencapai lebih dari 2 juta kasus per 1 Juli 2021. Angka yang sangat fantastis untuk menyebut jumlah pasien. Angka yang bertambah setiap hari tidak menjamin setiap individu mengubah pola hidupnya. Masih banyak yang memiliki pola pikir ini hanyalah konspirasi semata. Hal inilah yang seharusnya tidak dimiliki setiap orang dalam memandang kasus yang terjadi sekarang ini.

     Banyak upaya telah dilakukan oleh masyarakat yang peduli akan pulihnya dunia terhadap wabah ini. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak orang yang sangat tidak acuh terhadap apa yang sedang terjadi. Bisa kita lihat  beberapa informasi baik itu dari media sosial, televisi, majalah, maupun koran mengatakan bahwa ada beberapa orang yang sengaja keluar walaupun sudah terinfeksi virus tersebut. Maka dapat kita simpulkan bahwa salah satu dampak buruk dari adanya wabah ini adalah menurunnya tingkat kepedulian terhadap sesama.

     Virus Covid-19 sudah membunuh hampir 2 juta orang di dunia pada pertengahan tahun 2021. Angka kematian akibat virus corona tahun ini meningkat dari tahun 2020 sebanyak 1,88 juta orang. Dengan demikian, selama 18 bulan ini jumlah orang yang meninggal akibat virus corona sebanyak 3,78 juta. Dengan angka yang tinggi ini, seharusnya masyarakat semakin sadar untuk hal berbahaya ini. Meskipun demikian, masih tetap ada beberapa stigma yang muncul dari beberapa orang. Stigma negatif ataupun rumor yang terjadi selama masa pandemi Covid-19 ini memang sulit untuk dikendalikan. Hal ini menimbulkan beberapa konflik dimana salah satunya adalah kesehatan mental dari orang tersebut. Pemikiran mereka terkadang cemas jika melihat tingginya akan kematian yang disebabkan oleh virus corona ini, namun mereka tetap tidak bisa membenahi diri.

     Hal skeptis ini terjadi karena adanya PHK pada pegawai yang bekerja di beberapa perusahaan maupun pemerintahan. Jadi dampak  pandemi ini bukan hanya kesehatan tetapi ada banyak lagi termasuk perekonomian. Mereka yang sering menghiraukan  adanya  wabah ini bisa saja karena ingin mencari nafkah di lingkungan masyarakat. Namun kesalahan yang terkadang muncul ialah tidak disadari bahwa kerumunan  akan terjadi dan angka peningkatan orang yang terinfeksi akan bertambah. Apabila hal ini tidak dianggap serius maka, pandemi ini bisa berlangsung lama.

     Stigma negatif ini sejatinya berawal dari kurangnya pemahaman yang diserap oleh masyarakat, apalagi covid-19 ini adalah sesuatu yang baru. Oleh karena itu, WHO sebenarnya sudah memberikan beberapa Informasi kepada masyarakat terkait fenomena stigma ini, diantaranya adalah perlu adanya upaya untuk penyebaran informasi yang akurat. Penyebaran informasi dapat kita peroleh melalui media sosial. Dari sudut pandang positif, media sosial sebenarnya sangat memudahkan dalam penyebaran informasi mengenai COVID-19 karena dapat langsung menjangkau jutaan orang dalam satu waktu dengan sangat praktis. Namun, kembali lagi kepada pembaca agar bijak memilih informasi yang akurat. Dalam penyebaran informasi tersebut, perlu diperhatikan pula kata-kata yang akan disampaikan,  harus memiliki fakta, dan sebagainya. Hal ini disebabkan cara berkomunikasi dapat mempengaruhi sikap orang lain dalam memandang sesuatu guna tidak menimbulkan stigma negatif.

     Gaya hidup baru yang dipaksa untuk diterapkan sekarang bukan hanya bisa membantu memutus rantai penularan virus ini, namun juga bisa memberhentikan pandemi ini. Sikap kesadaran diri ini pun tidak hanya berlaku bagi yang sehat kepada yang sakit (terkonfirmasi positif covid-19), namun hendaknya empati juga berlaku bagi yang sakit kepada yang sehat. Kenapa harus demikian? Karena penderita harus juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh yang sehat. Salah satunya adalah perasaan takut tertular virus corona. Dengan adanya rasa kesadaran yang tinggi, situasi akan sembari membaik. Damai dengan diri sendiri dan orang lain adalah cara terbaik untuk saling peduli memberhentikan adanya pandemi ini. Bukankah kesadaran diri ini lebih baik daripada skeptis yang tidak menentu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun