Mohon tunggu...
Keyla Cantika Yuwa Ardani
Keyla Cantika Yuwa Ardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Saya memiliki minat dalam bidang kesetaraan gender dan sosial politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Akun "Almamater Cantik" Bukti Nyata Objektifikasi Perempuan dalam Lingkup Kampus

23 Juni 2022   14:02 Diperbarui: 23 Juni 2022   14:04 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Objektifikasi seksual terjadi ketika seseorang hanya dilihat dari bagian tubuhnya atau fungsi seksualnya, tidak dilihat dari kepribadiannya. Menurut Fredrickson dan Roberts (1997), apabila seorang perempuan secara terus-menerus mengalami objektifikasi seksual, lama-kelamaan cara pandang tersebut diadopsi oleh perempuan tersebut dan kemudian Ia akan memperlakukan dirinya sendiri semata-mata sebagai "tubuh". 

Budaya patriarki di Indonesia membuat masyarakat menilai pelecehan seksual sebagai hal yang wajar dan sah-sah saja. Jika hal seperti ini terus dibiarkan, maka keindahan serta kemolekan tubuh perempuan akan terus dinikmati oleh kaum laki-laki sampai kapanpun, dan selama itu pula pelecehan seksual akan terus terjadi.

Perempuan selalu dijadikan objek seksualitas baik secara verbal maupun fisik oleh kaum laki-laki. Hal ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, namun juga terjadi di media sosial seperti Instagram. 

Sebagai mahasiswa, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan akun-akun Instagram yang dibuat khusus untuk memposting foto-foto mahasiswi cantik yang ada di suatu Universitas. Sebagian besar Universitas di Indonesia pasti memiliki akun "cantik"-nya masing-masing, hal ini sudah menjadi sesuatu hal yang wajar. 

Banyak mahasiswi yang merasa bangga apabila fotonya diposting di akun-akun "almamater cantik" tersebut, mereka menganggap bahwa hal ini merupakan pujian atas penampilan fisiknya. Bahkan tak sedikit mahasiswi yang berlomba-lomba untuk bisa diposting di akun "almamater cantik". 

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan menganggap dirinya menarik apabila banyak laki-laki yang memberikan komentar mengenai tubuh atau penampilannya, dan merasa dirinya tidak menarik apabila tidak ada laki-laki yang berkomentar mengenai penampilannya.

Di tahun 2022 ini, sudah banyak perempuan yang jauh lebih hebat dibandingkan laki-laki. Bahkan, banyak dari perempuan yang sudah menjangkau ranah pekerjaan laki-laki. 

Sudah saatnya kita menilai perempuan dari kecerdasan serta kepribadiannya, tidak hanya berdasarkan tubuh dan penampilannya saja. Para mahasiswi yang berada di feeds akun-akun "almamater cantik" ini sebenarnya memiliki banyak sekali hal yang berharga daripada hanya sebatas penampilannya saja. 

Untuk meminimalisir objektifikasi perempuan di dalam lingkup kampus, sudah sepantasnya akun-akun "almamater cantik" ini tidak dinormalisasi dan dijadikan ajang untuk mencari validasi. 

Dengan menormalisasi akun-akun seperti ini, akan melahirkan tolak ukur yang menganggap bahwa value seorang perempuan hanya dilihat dari tubuh dan penampilannya saja. Padahal, value seorang perempuan tidak hanya dilihat dari kedua hal tersebut atau bahkan dari feeds akun "almamater cantik". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun