Mohon tunggu...
KAVI
KAVI Mohon Tunggu... Programmer - Pengejar Impian

Pengejar Impian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Bu Yuni

11 Agustus 2021   12:11 Diperbarui: 11 Agustus 2021   12:24 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“’2x + y = 8’. Jika ‘x = 2’, maka ‘y = 4’. Sepertinya, ‘x’ dan ‘y’ tidak dapat dipisahkan dan mereka sudah ditakdirkan untuk selalu bersama,“ kataku menjelaskan soal di depan kelas. Kemudian, aku menatap Bu Yuni. “Ngomong-ngomong, jika ‘x’ adalah Bu Yuni, maka siapa ‘y’?”

Setelah berkata seperti itu, pukulan secepat kilat mendarat dengan tepat di perutku. Sakit sekali. Aku langsung memeluk perutku erat dan merintih kesakitan. Sudah tak terhitung berapa banyak hantaman yang telah kudapatkan darinya.

Teman sekelasku hanya terdiam, tidak ingin menjadi korban selanjutnya. Aku tahu bahwa aku yang salah karena telah mengejeknya. Bukan karena wanita selalu benar. Namun, kuakui itu memang salahku.

Bukankah hal yang terlarang mengatakan hal tersebut (meskipun hanya perumpamaan saja) kepada perempuan yang berusia 26 tahun dengan status belum menikah? Namun, kenapa lisan ini selalu ingin mengatakannya secara langsung?

“Tadi kamu ngomong apa, Ramdani?”

Dia tersenyum hangat. Namun, hal itu bukanlah pertanda baik. Aku merinding. Keringat dingin sudah membahasahi tubuhku. Kau tahu, sikap itu adalah salah satu sikap yang dimiliki oleh psikopat. Senyuman yang hangat dengan menggengam pisau yang ia sembunyikan di belakang badannya, dan sudah bersiap untuk melakukan aksinya.

“E-Eh? Tidak Bu Yuni. Maksud saya, jawabannya adalah empat,” kataku terpatah-patah.

“Jawabanmu benar. Ya sudah duduk!”

Tidak ingin membuatnya marah lagi, aku langsung berjalan secara perlahan sembari menahan rasa sakit dan takut. Lalu, aku duduk dan mencoba untuk menatapnya kembali.

Huh, sikapnya selalu saja begitu. Tidak segan untuk memukul atau menyiksa murid. Namun, dilihat dari manapun, dia sangat cantik. Aku selalu terpesona olehnya.

Kulit yang bening mungkin jika terkena sinar matahari akan membuatnya bersinar seperti seorang dewi. Rambut hitam nan panjang yang membuatnya terlihat sangat elegan. Lalu, bibir merah muda menawan yang menandakan kesempurnaan seorang wanita. Ya benar, dia adalah Bu Yuni. Semua murid mengakui bahwa dia adalah guru yang paling cantik. Namun, hanya saja semua keindahannya itu lenyap karena sifatnya yang begitu sadis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun