Di tengah ledakan belanja online yang kian berkembang pesat, kenyataannya tidak semua konsumen Indonesia langsung beralih sepenuhnya ke platform digital. Meski kemudahan dan promo menarik jadi daya tarik utama, banyak dari mereka yang masih memilih berbelanja langsung ke toko fisik. Fenomena ini menarik untuk disimak, karena menunjukkan bahwa pengalaman belanja offline masih memiliki tempat tersendiri di hati konsumen, bahkan di era serba digital. Apa sebenarnya yang membuat toko fisik tetap menjadi favorit di tengah revolusi belanja online? Mari kita telusuri lebih jauh.
Meski belanja online makin digandrungi, fakta menurut survei populix menunjukkan kalau sebagian besar orang Indonesia masih betah datang langsung ke toko fisik. Survei terbaru mengungkap, sekitar 74% konsumen memilih belanja langsung di toko minimarket seperti Indomaret dan Alfamart masih jadi primadona dengan frekuensi kunjungan dua hingga tiga kali seminggu dan pengeluaran rata-rata Rp426.000 per kunjungan.
Tapi, jangan salah belanja digital juga mulai meraih perhatian. Sekitar 26% konsumen sudah mencoba layanan e-groceries lewat aplikasi seperti Alfagift, Klik Indomaret, GrabMart, dan HappyFresh. Alasan utama? Promo menggoda, pengantaran sampai depan pintu, dan tentu saja, hemat waktu.
Kalau bicara soal fashion menurut laporan snapcart, tren belanja makin unik 41% orang pintar-pintar mengombinasikan belanja online dan offline, sementara 39% memilih belanja fashion sepenuhnya secara online, dan hanya 17% yang masih setia ke toko fisik saja. Platform favorit seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop makin menjadi magnet berkat diskon dan pilihan produk yang beragam.
Fakta-fakta tadi menunjukkan kalau preferensi belanja konsumen Indonesia nggak sesederhana “online vs offline.” Banyak yang ternyata butuh keseimbangan antara keduanya. Belanja langsung ke toko fisik nggak cuma soal beli barang, tapi soal pengalaman lihat barang secara langsung, pegang bahan, coba produk, dan merasakan kepuasan yang sulit tergantikan lewat layar gadget.
Selain itu, masih ada faktor kepercayaan dan kekhawatiran soal kualitas, terutama untuk produk segar dan fashion. Konsumen ingin memastikan barang yang mereka beli benar-benar sesuai harapan, sesuatu yang kadang belum bisa dijamin oleh belanja online.
Di sisi lain, belanja digital menawarkan kepraktisan yang tak terbantahkan. Promo gila-gilaan, kemudahan antar, dan hemat waktu jadi nilai plus yang nggak bisa dianggap remeh. Terutama bagi generasi muda dan urban yang punya ritme hidup cepat, belanja online adalah solusi nyata.
Pertanyaannya, bagaimana pelaku ritel dan platform digital bisa menggabungkan dua dunia ini agar konsumen mendapatkan pengalaman belanja terbaik? Mungkinkah masa depan belanja ada pada integrasi mulus antara toko fisik dan digital, bukan hanya memilih salah satu?
Di era digital yang serba cepat ini, belanja bukan lagi soal memilih antara online atau offline. Konsumen Indonesia justru menginginkan yang terbaik dari keduanya: kemudahan dan promo dari belanja digital, sekaligus pengalaman nyata dan kepercayaan dari toko fisik.
Pelaku ritel yang mampu menyatukan pengalaman ini dengan mulus menggabungkan teknologi dengan sentuhan personal akan memenangkan hati konsumen. Jadi, jangan lihat online dan offline sebagai pesaing, tapi sebagai pasangan yang saling melengkapi dalam menghadirkan pengalaman belanja masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI