Mohon tunggu...
Kevin Bok
Kevin Bok Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ormas, Apa Tujuannya?

16 Maret 2018   23:00 Diperbarui: 16 Maret 2018   23:14 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara kami, Negara Indonesia belakangan ini sering dilanda dengan isu-isu yang berbau agama dan ras. Dan sadar atau tidak,  kebanyakan isu-isu tersebut disebabkan oleh organisasi masyarakat yang beredar di Indonesia. Sebenarnya, apa itu agama? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama dapat diartikan sebagai "ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya." Dan tujuan semua agama yang ada di Indonesia tentu memliki maksud serta tujuan yang baik, namun mengapa masih terjadi banyak perselisihan dalam dunia agama dan mengapa agama yang bertujuan untuk menyatukan kaumnya malah justru memisahkan antar sesama bangsa?

Sebagai Negara yang beragam-ragam agama, suku bangsa, ras dan keterbelakangan etnis harusnya memiliki sifat toleran, damai dan saling mengerti yang tinggi. Namun organisasi-organisasi masyarakat radikal yang mengakui diri mereka sebagai "Utusan Tuhan" ini, yang merasa agama lain berseberangan dengan agama mereka sendiri akan langsung mengambil tindakan untuk meninggikan agama mereka sendiri dan juga merendahkan agama yang diaggap berseberangan itu.

Selain sikap intoleren yang ditunjukan oleh ormas-ormas ini terdapat juga capur tangan ormas-ormas ini dalam perduniaan politik Negara. Salah satu kasus yang terkenal adalah kasus al-maidah atau lebih dikenal dengan kasus Ahok, Mantan gubernur Provinsi DKI Jakarta yang dijatuhkan hukuman 2 tahun penjara atas tuduhan penistaan agama. Hasil dari siding tersebut yang kini lebih dikenal dengan nama "Ahok Effect"  sekarang menunjukkan betapa rendahnya nilai keagamaan yang ada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, seolah-olah Negara ini telah kehilangan etika keagamaannya. 

Apakah benar dan murni sebuah penistaan terhadap agama atau hanya urusan politik yang dibungkus agama, menjadi sentra konflik horizontal bangsa ini. Orang Islam dan ormasnya yang tidak ikut aksi bela Islam yang berjilid-jilid itu dituding sebagai golongan kaum "muslim munafik", karena tak berpihak pada Islam versi mereka.   

Aksi-aksi yang dilakukan sangat melukai nilai dan rasa keagamaan agama lain. Sehingga rawan terjadi konflik antar agama yang saling menuduh satu sama lain. Konflik-konflik kecil inipun lah yang akhirnya dapat mempecah belahkan bangsa kami.

Sikap beragama yang eksklusif sangat berpotensi menjebak kita ke dalam satu kondisi yang gampang sekali menganggap kelompok atau agama lain adalah sesat, bahkan menjadi semacam ancaman yang harus dimusnahkan. Kondisi tersebut berlaku bagi setiap kelompok dan agama, baik antaragama yang mendapat pengakuan resmi pemerintah, maupun agama lokal sekalipun.

Pada kalimat terakhir, saya ingin mengatakan bahwa beragama dengan santun, toleran dan menyejukkan orang lain lebih disenangi, dicintai dan diapreseasi ketimbang menonjolkan sikap keagamaan yang keras, kasar dan radikal.

Saya yakin masa depan agama apapun di dunia ini ada di tangan para umatnya, yang menghargai dan menoleransikan perbedaan dalam keragaman, yang mampu mencegah konflik kepentingan, yang mengamalkan ajarannya dengan segala kebaikan bagi semua pribadi yang ada.

Disitulah kita menemukan tujuan dan fungsi agama yang asli, yakni pembawa kedamaian dan ketenangan di dalam setiap pribadi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun