Satu hari saya pernah berkata pada seseorang, begini;
"Impian saya tidak banyak, tidak ada yang spesial juga. 'apa?' tanyanya waktu itu. Saya hanya ingin menjadi orang yang orang lain tidak menilai seperti "kamukan enak tinggalnya di luar negeri, pengalamannya banyak, oh wajar saja kamu kan anaknya orang itu, enak ya kamu bisa ini bisa itu, atau lulusan luar negeri memang sih pantas saja" dan secuil kalimat-kalimat lainnya.Â
Mengapa harus dinilai dari orangnya seperti apa? Mengapa kesuksesan diukur dari segi hartanya banyak, bisnisnya lancar ada dimana-mana, lulus S1, lanjut S2 sampai S3, keturunan ningrat atau sebagainya. Mengapa?Â
Semakin umur bertambah, saya semakin belajar bahwa pelaku kehidupan memang seperti itu. Orang-orang menuntut banyak hal, banyak janji, dan banyak keinginan.Â
Sayapun semakin sadar, berteman dengan orang yang menjadikan kualitas diri baik meski hanya sedikit lebih baik.Â
Perbanyak relasi, pelajaran yang paling berharga adalah pengalaman. Apalah arti pengalaman jika itu tidak bermanfaat, pandai-pandailah dalam bergaul. Bijak mengambil keputusan.Â
Pertanyaannya berlanjut lalu apa rencanamu?
Sederhana, saya ingin punya lingkungan baik sosial, pendidikan, pengembangan minat dan bakat, hidup dilingkungan sehat. Tentu saya harus ikut andil didalamnya, sebagai pengajar tidak hanya sebatas mengajar A-Z, mendidik adalah melatih bahwa ketidak mampuan berpikir untuk mengembang apa yang mereka belum mengerti saya ikut kedalam imajinasi dunia mereka agar saya sadar bahwa setiap orang punya keistemewaan masing-masing. Sesimple itu.Â
Dan untuk itu semua, saya harus menjadi kaya. Sejak hari itu, cita-cita saya menjadi orang kaya, menjadi congkak atau tidak itu urusan nanti.Â
*Celoteh*Â