Mohon tunggu...
KKN 111 KEBOIRENG
KKN 111 KEBOIRENG Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (PERIODE 11 JULI-25 AGUSTUS 2023)

Pemberdayaan adalah soal nurani, bukan kalkulasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Berhenti Diam Saat Alami Pelecehan Seksual

18 Juni 2021   11:43 Diperbarui: 18 Juni 2021   13:39 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wanita terlahir ke dunia dalam bentuk yang istimewa. Namun dibalik segala keistimewaan yang melekat pada diri wanita, ternyata banyak hal yang menjadi masalah dan ancaman bagi hidup mereka. Mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, hingga pelecehan seksual yang kerap menjadikan wanita sebagai objek sasarannya.

Pelecehan seksual merupakan masalah nomor 1 yang dihadapi para wanita dan anak perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebuah studi yang dilakukan Hollaback! Jakarta beserta sejumlah lembaga survei lainnya pada tahun 2018 menyebutkan bahwa sebanyak 62 ribu orang mendapati aksi pelecehan seksual tidak dilakukan di malam hari dan ruang tertutup, namun justru dilakukan pada siang hari dan di tempat umum (kasus terbanyak terjadi di jalan umum, transportasi umum, sekolah dan kampus).

Menurut Stand Up (sebuah gerakan untuk melawan pelecehan di ruang publik) mengungkapkan bahwa pelecehan di tempat umum atau di ruang publik merupakan pengalaman yang merendahkan wanita atau laki-laki yang tidak memandang orientasi seksual, budaya, dan keyakinan yang pada akhirnya akan menyebabkan mereka meragukan pengalaman mereka sendiri. 8 dari 10 wanita pernah mengalaminya dan 1 dari 10 laki-laki juga pernah mengalaminya. Dalam hal ini, terlihat bahwa wanita yang jauh lebih rentan untuk mengalami hal tersebut.

Apakah kamu pernah mengalaminya?

Tenang, karena kamu tidak sendirian.

Ada sebanyak 82% perempuan di Indonesia pernah mengalami pelecehan seksual di tempat umum. Persentasi yang sangat fantastis bukan?

Pelecehan di tempat umum sebenarnya cukup sulit untuk dikenali. Namun, ketika mulai ada komunikasi baik secara verbal maupun non-verbal, tingkah laku fisik bersifat seksual yang tidak diinginkan, semua itu adalah bentuk dari pelecehan seksual, entah di dunia nyata ataupun maya.

Jenis pelecehan di tempat umum bukan hanya berbicara tentang sentuhan dibeberapa area sensitif, tetapi termasuk menyentuh ringan yang seakan-akan tidak sengaja, menuntut untuk melakukan sesuatu misalnya "senyum dong", pura-pura memuji, meraba-raba, menyerang ruang pribadi, menekan atau mengusap-usap tubuh, serangan tiba-tiba seksual seperti menyambar payudara atau bokong ketika kita tidak menyadari niatnya), lelucon seksis, komentar seksual tidak langsung, dan grafiti seksis dan menghina.

Kasus pelecehan seksual membuat para korbannya merasa tidak nyaman, canggung, membuat diri menjadi lemah dan akhinya justru menyalahkan diri sendiri atas pelecehan yang dialami.  Selain itu tindakan pelecehan di tempat umum juga berpotensi mengubah perilaku sang korban, meragukankan kepercayaan dirinya, dan membuat ia merasa tidak berharga.

Semua perasaan ini akan membuatnya berusaha menghindari tempat tertentu, berpikir ulang mengenai pakaian dan penampilan yang akan ia kenakan, dan merasa takut untuk pergi keluar sendirian.

Jadi, sebenarnya apa yang ada dipikiran para pelaku pelecehan seksual yang mendasarinya untuk melakukan perbuatan yang sangat memalukan itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun