Mohon tunggu...
Kesya Amanda
Kesya Amanda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Marak dengan Isu SARA, Ada Apa dengan Indonesia?

30 November 2018   08:28 Diperbarui: 30 November 2018   10:54 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Akhir-akhir ini, kita sering mendengar isu-isu SARA yang beredar. Hal ini sebenarnya lumrah terjadi apalagi negara kita yang beragam. Keberagaman negara kita terdiri dari berbagai suku, ras, golongan, maupun kelompok agama namun keberagaman inilah yang membentuk kita menjadi satu kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Apakah tindakan orang-orang itu sesuai dengan Pancasila kita terutama sila ke-3, "Persatuan Indonesia"? Benarkah perbedaan di antara kita yang menyebabkan konflik ini? Apa yang sebenarnya terjadi pada Indonesia? Mari kita bahas bersama.

Indonesia memiliki sila yang berbunyi "Persatuan Indonesia" yang berarti kita semua, terlepas dari perbedaan yang ada, adalah satu kesatuan. Seakan kontras dengan semua  itu, kejadian-kejadian yang kita saksikan sangat tidak mencerminkan persatuan dari keberagaman yang kita miliki. Namun setiap terjadi konflik yang bernuansa SARA, pemerintah dan aparat tidak pernah berusaha mencari akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya konflik dan memecahkannya. Padahal tidak semua isu SARA benar-benar terjadi namun sengaja dijadikan untuk kepentingan pribadi.

Contohnya adalah saat di mana isu SARA dimainkan oleh pemerintah Orde Lama pada Mei 1959. Menurut Setiono dalam buku Tionghoa dalam Pusaran Politik (2008), pada waktu jaman orde lama, terdapat keadaan di mana perekonomian sebagian besar dipegang oleh keturunan Tionghoa di mana akhirnya pemerintah mencabut hak warga negara Cina untuk berdagang di area perdesaan. Hal ini membuat hampir 136.000 warga negara Indonesia keturunan China melarikan diri dan meninggalkan Indonesia.

Tidak hanya itu, kita bisa melihat bahwa isu SARA sangat mempengaruhi elektabilitas seseorang. Saat Pilkada 2017, isu SARA mulai memasuki ranah politik yang membuat Basuki Tjahja Purnama --Ahok-- yang beragama nasrani dan seorang Tionghoa dirugikan, apalagi beliau sedang terkena kasus penistaan agama. 

Padahal sebelum kasus itu ada, Ahok memiliki posisi kuat. Akhirnya itu menyebabkan lawannya, Anies-Sandiaga merasa diuntungkan walaupun mereka bilang bahwa mereka akan tetap mengedepankan visi dan misi dalam kinerja. Ini membuktikan bahwa isu SARA mulai digunakan untuk kepentingan politik, mungkin bisa menjarah ke aspek lainnya.

Akibat yang dapat muncul dari maraknya isu-isu SARA yang berkedok keuntungan pribadi sangatlah membahayakan. Politik SARA bahkan dinilai lebih parah daripada politik uang (menyogok) karena politik SARA dapat berdampak sampai ke daerah lainnya. Akhirnya dapat menimbulkan perpecahan di negara ini.

Padahal kalau kita mencoba untuk melihat ke sejarah negara kita, Indonesia telah melewati masa-masa mengerikan di mana konflik antarkeberagaman telah memecah belah persatuan yang telah diperjuangkan pahlawan-pahlawan kita saat itu. Contohnya adalah konflik Ambon yang melibatkan umat Muslim dan Nasrani yang ingin menunjukkan kekuatan masing-masing. 

Konflik ini juga berawal dari hal yang sepele namun diduga bahwa ada pihak yang sengaja, bahkan merencanakan hal yang mengerikan ini. Pihak ABRI saat itu tidak dapat menanganinya, bahkan katanya sengaja sehingga konflik dapat berlanjut dan mengalihkan isu-isu besar lainnya.

Bagaimana cara menanggulanginya? Ada banyak alasan kenapa hal ini bisa terjadi dan kita dapat menganalisisnya. Namun tentu tindakan ini harus kita mulai dari diri sendiri. Pertama, kita harus menyadari dan menanamkan sifat toleransi dalam diri kita. Kedua, berusaha mengendalikan emosi dan berpikir sebelum bertindak atau berbicara. Ketahui konsekuensi yang ada saat ingin bertindak. 

Ketiga, saling menghormati antar ras, suku, agama, dan golongan. Jangan merasa lebih baik dari suku, ras, agama, dan golongan yang berbeda. Dengan cara rendah hati, kita dapat mencapai persatuan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun