Mohon tunggu...
Kesdha Rizki Wigiarni
Kesdha Rizki Wigiarni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Accounting Student

a fast learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perlukah Penerapan Budaya Risiko dalam Pembelajaran Tatap Muka?

17 September 2021   14:00 Diperbarui: 17 September 2021   14:03 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya risiko (risk culture) sebuah praktik organisasi atau perusahaan dimana risiko dibahas dan dipertimbangkan sebagai bagian dari pengambilan keputusan rutin. Istilah "budaya risiko" tidak selalu berarti memiliki toleransi risiko tinggi atau rendah tetapi menunjukkan bahwa risiko ditimbang dalam bingkai parameter toleransi risiko yang diterima perusahaan. 

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, merefleksi kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang menjadi terobosan di masa pandemi. Hal tersebut ia sampaikan pada Dialog Vaksin Untuk Indonesia - Pandemi Tak Memupus Mimpi yang digelar Metro TV. 

Saat ini, ada beberapa sekolah di Jakarta yang sudah diuji coba untuk melakukan PTM terbatas dan dibuka secara bertahap.  Terdapat 243 sekolah yang ikut dalam pembelajaran tatap muka terbatas yang diuji coba pada April dan Juni 2021. Sementara sekolah baru sejumlah 372 sekolah. Kaitan nya dengan budaya risiko dimana perilaku semua personil berinteraksi dan persepsi terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan risiko. Persepsi terhadap risiko tersebut akan terefleksi dalam keputusan-keputusan yang diambil dan cara melakukan pekerjaan. Untuk menanggapi risiko (risk response) atas risiko operasional, beberapa langkah yang dapat diambil salah satunya adalah dengan membangun kepekaan atau kepedulian sumber daya manusia (SDM) terhadap budaya sadar risiko (risk culture).

Pemerintah dalam memberlakukan pembelajaran tatap muka perlu melihat dan menimbang risiko - risiko yang akan dihadapi. Dalam hal ini terutama risiko kesehatan dan keselamatan bagi para siswa. Bagaimanapun, Covid 19 yang terjadi ini khusus nya di Indonesia tidak bisa diprediksi. Apalagi masih ada orang yang tidak aware dan peduli terhadap virus Covid 19 ini, masih banyak yang lupa memakai masker, tidak menggunakan masker dengan benar.

Hal tersebut membuat pemerintah harus menyiapkan Manajemen Risiko khususnya Budaya Risiko kepada semua pihak terkait. Dengan cara salah satu nya Pemerintah menyiapkan pengamanan berlapis yaitu dengan memastikan bahwa wilayah pembelajaran tatap muka tersebut tingkat positivity rate-nya di bawah 8 persen. Selain itu, vaksinasi harus memenuhi target yang ditetapkan karena hal ini merupakan bentuk pengamanan diri agar tercipta kekebalan immunity. Dalam pelaksanaan nya, sarana dan prasarana juga harus diperhatikan : meja, kursi, ruang kelas harus diberikan disinfektan. Kemudian, pemerintah pun juga harus menyiapkan standar operasional pekerjaan (SOP) tentang pelaksanaaan sekolah tatap muka. Tindakan - tindakan tersebut merupakan suatu cara penerapan Budaya Risiko yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka mencegah dari risiko naiknya kasus Covid 19 di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun