Mohon tunggu...
kesatria sughani
kesatria sughani Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Desainer, Ilustrator, freethinker

Lahir di Jakarta, 16 April 1984. gemar membaca, menulis, dan menggambar. Pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMK Broadcast Ghama Caraka Depok dan telah mendapatkan sertifikasi sebagai pendidik oleh Kementrian Pendidikan Republik Indonesia untuk materi ajar Bahasa Indonesia. Gemar Seni, filsafat, dunia pendidikan, dan banyak lagi yang lainnya. Sekarang telah menjadi ASN dan bertugas di SMA Negeri 1 Depok sebagai Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mendidik Anak Menjadi Taat

14 Januari 2021   15:37 Diperbarui: 15 Januari 2021   19:52 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin penulis akan berbagi sedikit tentang pengalaman penulis dengan anak-anak penulis sendiri. Anak ini memang salat seperti kedua orangtuanya. Namun hanya salat wajib saja, sebab orangtuanya juga hanya salat wajib.

Tapi suatu ketika, penulis sebagai orangtua mereka merasa harus bersyukur lebih banyak. penulis harus lebih banyak mendekat pada Tuhan sehingga penulis mulai melaksanakan salat-salat sunnah. 

Penulis pun mengajak keduanya untuk melakukan salat sunah rawatib sebelum atau sesudah salat fardhu. ketika penulis salat, anak penulis ikut salat, dan ketika penulis lelah kemudian meninggalkan salat sunnah, anak saya pergi begitu saja ke kamarnya setelah salat fardhu.

Kemudian saat penulis bangkit dan mengajak anak penulis salat sunah, mereka pun dengan mudah ikut salat. Hingga akhirnya penulis sadar, bahwa kita sebagai orangtua adalah orang-orang yang paling kuat pengaruhnya bagi anak-anak kita. 

Jika kita ingin anak-anak kita memiliki nilai, maka kita sebagai orangtua wajib memiliki nilai itu terlebih dahulu. kita adalah Teladan, guru, dan pahlawan bagi mereka yang utama. dengan kita menjadi teladan, maka anak-anak dengan kerelaan atau terpaksa akan mencontohi kita.

TETAPKAN PERINTAH ATAU ATURAN, NAMUN JANGAN LUPA ALASANNYA

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Ada hal menarik, mungkin banyak orangtua yang sering meminta bantuan anaknya dalam bentuk perintah, "Nak... belikan kecap di warung sebelah. Nak, tutup pintunya, Nak buatkan minum, Nak, bersihkan halaman. Ternyata banyak anak mengeluh karena itu, "Aku di rumah hanya jadi pembantu" dan orangtua kebanyakan hanya bisa menyuruh tanpa memberikan penjelasan "Kenapa ia menyuruh."

Jika kita sebagai orangtua menyuruh anak-anak kita hanya untuk memudahkan hidup kita, membuat kita tidak perlu bangun dari kasur empuk atau sofa yang nyaman, maka mungkin kita perlu mengubah cara berpikir. Sebab itu artinya kita telah menjadikan anak kita benar-benar sebagai kacung sesuai penilaian anak. 

Yang pasti, anak kita bukan robot atau bukan budak yang dicipta untuk memudahkan hidup kita semata. melainkan untuk menjadi penerus kita, dan untuk dapat bertahan hidup di masa yang akan datang ketika kita tiada nantinya. Kita harus memastikan mereka bukan sampah masyarakat, memastikan mereka menjadi orang yang berguna. Minimal mereka bisa mandiri.

Kita perlu mengganti mindset bahwa memerintahkan anak itu dalam rangka melatih anak bekerja. melatih anak mendapatkan kepercayaan, melatih anak menjalankan tanggung jawab dan kewajiban, melatih untuk melayani dan memberikan kemudahan bagi orang lain. Anak harus diajak bicara dan dijelaskan kenapa dalam keluarga, kita perlu bagi-bagi tugas. kenapa anak perlu bertugas menggembok pintu tiap malam, memasukkan kendaraan setiap sore, menutup pintu atau menyapu lantai.

Anak harus paham bahwa semua itu dalam rangka melatih mereka menjadi manusia yang peduli, mandiri, dan bertanggung jawab. kita harus jelaskan itu sehingga Anak memahami bahwa semua perbuatannya itu bermakna bagi dirinya dan bagi orang lain. Apalagi jika kita mau ajari mereka tentang bisnis, maka kita akan mendapati bahwa kunci bisnis sukses adalah pelayanan. Jika Anak tidak terbiasa melayani, maka kelak ia tumbuh sebagai orang yang manja yang lebih banyak menuntut daripada melaksanakan tanggung jawabnya dan tentunya dalam bisnis akan merasakan banyak kendala dengan konsumen atau klien-kliennya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun