Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Virus

10 Juli 2020   08:39 Diperbarui: 10 Juli 2020   08:46 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ayobandung.com

Tiba-tiba saja, muncul seorang lelaki bertelanjang dada dengan tergesa-gesa. Lelaki itu bernama Pan Leong. Lelaki paruh baya yang juga sama-sama bebotoh kelas kampung. Melihat kedatangan Pan Leong ke pekarangan rumahnya, lelaki itu pun kian kalap.

"Ngapain kamu berani menginjakkan kaki ke pekarangan rumahku? Ngapain, ah?" tanya lelaki itu dengan dengan nada tinggi, sambil menunjuk-nunjuk ke arah Pan Leong dengan telunjuk kirinya. Mukanya sinis. Pan Leong yang mendapat perlakuan seperti itu tidak tinggal diam. Percekcokan pun tidak dapat dihindari.

"Aku datang ke sini karena mendengar tantanganmu. Paham!" jawab Pan Leong.

"Siapa yang menantangmu?" sergah lalaki itu.

"Tadi teriakan undanganmu mengumpat-umpat itu bukanlah salah satunya menantangku?" jawab Pan Leong dengan nada tinggi sambil berkacak pinggang.

"Jadi kau merasa diundang ya? Ah... ini rupanya pembunuh ayam-ayamku. Uh...tidak sulit rupanya melacak pelakunya," balas lelaki itu dengan wajah sinis.

"Apa kau bilang? Jangan main tuduh sembarangan kau! Aku bisa saja laporkan kau dengan pasal pencemaran nama baik," ujar Pan Leong geram.

Tiba-tiba saja lelaki itu memegang leher Pan Leong. Pan Leong tidak berdiam diri. Ia membalas perlakukan lelaki itu. Warga yang melihat kejadian itu, secepat kilat melerai. Beruntung  perkelahian tidak sampai berlanjut. Suasana jadi hening. Warga lalu memilih diam dan membubarkan diri.

Namun, lelaki itu tidak lantas diam. Ia masih saja ngoceh tidak karuan. Memandangi ayam-ayamnya yang sudah kaku tak bernapas.

"Pasti dia! Sudah pasti dia pelakunya. Aku ingat ayamku yang papak selem sudah dua kali mengalahkan ayamnya si Leong bangsat itu!" umpatnya.

Mendengar suaminya masih saja terus mengumpat, istrinya pun memberanikan diri memberi saran, "Sudahlah Beli. Hentikan berpraduga. Belum tentu ayam-ayam Beli mati karena diracun orang. Mungkin memang sakit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun