Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Hari Kemerdekaan

17 Agustus 2018   19:48 Diperbarui: 20 Agustus 2018   07:54 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Net

Kemerdekaan Negeri ini diperoleh melalui perjuangan yang panjang setelah puluhan tahun kita sebagai bangsa terjajah. Berbagai strategi perjuangan ditempuh oleh para Pahlawan kita untuk membebaskan Negeri ini dari cengkraman para penjajah tersebut, mulai dari perjuangan diplomasi sampai angkat senjata. Para pendahulu kita secara tulus ihklas mengorbankan harta, bahkan jiwa raga sehingga kita bisa menikmati alam kemerdekaan seperti sekarang ini.

Sejarah kelam masa lalu itu patut kita jadikan renungan bahwa derita penjajahan yang berkepanjangan dialami oleh bangsa kita tidak lepas karena faktor kebodohan dan politik “pecah-belah” yang berhasil diterapkan oleh kaum penjajah. Pengalaman memberi pelajaran sehingga kita sadar akan arti pentingnya pendidikan dan persatuan dalam perjuangan.

Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 founding father kita berhasil membawa bangsa ini ke pintu gerbang kemerdekaan. Pahlawan Proklamasi kita; Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi:

PR O K L A M A S I

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

 

Oleh karena itu, kita mesti sadar bahwa pendidikan dan persatuan adalah hal penting agar cita-cita prokalamsi 17 Agustus 1945 seperti yang termaktub pada pembukaan UUD 1945, bisa kita wujudkan.

Sangat ironis, ketika usia kemerdekaan kita semakin renta benih-benih pembodohan dan perpecahan itu kerap dipertontonkan di berbagai media justru oleh para elite Negeri ini. Berita-berita bohong, fitnah, hoax marak beredar di berbagai media, khususnya media sosial, sebagai sebuah preseden buruk bagi dunia informasi masyarakat. Belum lagi sikap-sikap pragmatisme dari para elite politik yang seakan haus kekuasaan dan melupakan perjalanan sejarah yang dilakoni oleh para pendahulu kita. Bahkan, oknum-oknum ini terkesan menghalalkan segala cara. Mereka seakan lupa bahwa sejarah mencatat bahwa rakyat dari Sabang sampai Merauke dahulu berjuang bersama dan berhasil menggapai kemerdekaan karena mereka bersatu padu, melepas suku, ras, agama, dan antar golongan.

Tontonan mengejutkan yang teranyar dan viral di media sosial adalah beredarnya video tentang protes penghuni terhadap pengelola Apartemen Kalibata City. Warga memprotes pengelola yang melarang pemasangan bendera Merah-Putih dan mencopotnya. Dalam video itu seorang wanita berkerudung hijau dan sejumlah orang lainnya mencecar seorang pengelola berkemeja lengan panjang. Wanita itu mempertanyakan kepada pengelola mengapa bendera Merah-Putih yang dia pasang di balkon dicopot.

Di balik kegundahan akan peristiwa miris tersebut, nun jauh di Atambua sana kita disuguhi kisah heroik seorang bocah SMP yang dengan sigap memanjat tiang bendera saat ada insiden ketika pengibaran bendera Hari Kemerdekaan Indonesia ke 73 di daerah tersebut dan viral di media sosial. Ia adalah Johanis Gama Marshal Lau, siswa kelas VII SMP Negeri 1 Silawan, di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun