Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Persatuan dan Kesatuan Indonesia di Umur 74 Tahun

31 Agustus 2019   15:00 Diperbarui: 31 Agustus 2019   15:07 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kpk-agustus2-5d6a2b48097f36227f47ba72.jpg
kpk-agustus2-5d6a2b48097f36227f47ba72.jpg
Akhir-akhir ini, Indonesia menghadapi banyak masalah. Banyak hal yang bisa membuat kita terpecah. Banyak hal yang bisa membuat kita membenci satu sama lain. Vonis penistaan ayat Al-Qur'an, Pancasila disebut dengan tidak pantas, pematahan nisan berlambang salib, penghinaan terhadap Corpus pada salib, bahkan sesederhana pemilihan presiden saja membuat kita terpecah. 

Pandangan kita ke orang yang berbeda dari kita menjadi berubah. Kita mulai memiliki identitas yang kita bangga-banggakan dan muncul-munculkan. Tanpa kita sadari, semua itu merusak rasa penghargaan kita dan mulai membuat pembatas dengan orang-orang yang kita anggap berbeda. 

Penelitian Badan Intelijen Negara pada tahun 2017 menunjukkan terdapat 39% mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi terpapar paham radikalisme. Diperoleh juga data bahwa 24% mahasiswa dan 23,3% pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam di Indonesia.1

Tulisan ini tidak ingin membahas mengenai insiden perusak bangsa, konsep bibit intoleransi yang selama ini ditanamkan, dan semacamnya. Namun, tentang bagaimana nilai yang ada di bangsa ini mutlak untuk dipertahankan.

"Ini keutuhan negara, kesatuan RI adalah segala-galanya. Jangan sampai dikorbankan yang namanya keutuhan NKRI karena pilihan bupati, pilihan walikota, pilihan gubernur, pilihan presiden, keutuhan NKRI harus ditempatkan di tempat yang paling penting."2

Di ulang tahun ke-74 Indonesia, begitulah pesan dari Presiden Joko Widodo, satu hal yang sangat penting untuk kita pegang sebagai negara yang beragam. Kesatuan dan persatuan kita adalah nilai yang mutlak untuk selalu dijunjung tinggi karena latar belakang, kedamaian, dan potensi kemajuan bangsa ini.

Latar belakang berdirinya Indonesia

Indonesia adalah negara kesatuan dengan sila ke-3 pada dasar negaranya berbunyi "Persatuan Indonesia". Tentu dasar negara Indonesia tidak dibuat tanpa alasan. Di era kolonial Belanda, terdapat banyak perlawanan seperti perang Padri, perang Diponegoro, perlawanan rakyat Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik, dan perang Aceh yang dipimpin Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Mereka berjuang masing-masing secara kedaerahan untuk melawan penjajah. Hasilnya, perlawanan-perlawanan itu tidak semuanya berhasil.3

Titik balik untuk kemerdekaan Indonesia dimulai saat bangsa ini menyadari konsep perjuangan yang baru. Kemerdekaan Indonesia berawal dari saat di mana perjuangan tidak dilakukan semata-mata dengan perlawanan fisik. Pada tahun 1908, terbentuk organisasi perjuangan nasional berupa Budi Oetomo. Budi Oetomo didirikan oleh mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA), salah satunya Dr. Sutomo. 

Para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ini pun berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Hasilnya, tercipta organisasi pergerakan lainnya seperti Perhimpunan Indonesia, Sarekat Islam, dan Indische Partij. Organisasi-organisasi yang berlandaskan pergerakan secara nasional ini saling melengkapi dan menghasilkan rasa nasionalisme yang tinggi kepada masyarakat.4

Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan secara kedaerahan atau yang hanya dilakukan oleh satu golongan sangat jarang untuk berhasil. Dibutuhkan dukungan dari berbagai latar belakang untuk mencapai kemerdekaan seperti sekarang.

Indahnya damai di Indonesia

Beralih ke pasca kemerdekaan, salah satu peristiwa yang dapat menjadi catatan untuk persatuan Indonesia adalah konflik antara Islam dan Kristen di Ambon pada tahun 1999. Terdapat semangat untuk membunuh satu sama lain dengan tujuan membela agama. Di daerah yang penuh dengan orang Kristen, diadakan razia untuk "mencari" orang Muslim. 

Saat Idul Fitri tahun 1999, terdapat seorang pemuka masyarakat Muslim yang dipanah hingga meninggal. Di daerah yang penuh dengan orang Muslim, isi rumah orang Kristen dikeluarkan di jalan dan dibakar. Banyak mayat orang Kristen yang digeletakan di pinggir jalan. 

Dari situlah muncul keinginan membunuh satu sama lain. Masyarakat yang masih hidup di sana beranggapan bahwa keluarga mereka pun semua mati karena "musuh" mereka. Muncul ketegangan antar agama di daerah itu. Pergi ke daerah lain yang dipikirkan hanya apakah mereka akan dibunuh. 

Konflik mereda dan akhirnya pada tahun 2006, Ronald Regang, salah satu warga Kristen dan Iskandar Slameth, salah satu warga Muslim, bertemu dalam acara Young Ambassador for Peace. Di situ mereka membakar semua kebencian yang mereka tulis di kertas, menangis, dan berpelukan. 

Dengan adanya hal itu, kedamaian muncul di antara masyarakat Muslim dan Kristen. Adanya komunikasi menyebabkan mereka tidak merasa takut lagi apabila pergi ke kampung yang dipenuhi dengan orang Muslim atau Kristen. Kedamaian membuat mereka dapat bersatu dan dapat bergerak membangun daerah mereka.5

Di Jakarta pun terdapat gereja dan masjid yang berdekatan yaitu Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal. Toleransi antar keduanya dapat terlihat terutama pada hari raya keagamaan salah satu agama. Pihak gereja dan masjid sama-sama memberi bantuan seperti menyediakan lahan parkir. Pada hari raya Malam Natal dan Natal, pihak masjid menyediakan lahan parkir untuk umat Katolik. 

Sedangkan, pada hari raya Idul Fitri, pihak gereja menyediakan lahan parkirnya untuk umat Muslim. Ini adalah satu hal yang terkesan sederhana, tetapi memiliki makna bahwa akan tercipta ketenteraman dan kenyamanan apabila bangsa Indonesia memiliki rasa toleransi dalam diri masing-masing. 

Menjaga keutuhan bangsa Indonesia

Indonesia adalah negara yang beragam. Masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan ras. Indonesia tercipta karena keberagaman, merdeka karena keberagaman, dan sudah seharusnya bergerak maju karena itu. 

Segala peristiwa yang sudah terjadi perlu dijadikan pembelajaran untuk lebih berfokus ke pengembangan sumber daya manusia yang unggul, sesuai dengan tema hari kemerdekaan ke-74 Indonesia. 

Kita memiliki dasar negara berupa Pancasila yang menyebutkan "Persatuan Indonesia". Pancasila yang sudah digoyang terus-menerus, tetapi tetap kuat berada di dalam hati bangsa Indonesia. Maka itu sudah selayaknya rakyat Indonesia menjadi rukun dan bergerak maju secara tekun.

Referensi:

1.Akbar W. BIN ungkap 39 persen mahasiswa terpapar radikalisme [Internet]. Jakarta: CNN Indonesia; 2018 Apr 29 [cited 2019 Aug 23]. Available from: 1

2.Choirul M. Jokowi keutuhan & kesatuan adalah segalanya dirgahayu RI [Internet]. Jakarta: CNBC Indonesia; 2019 Aug 17 [cited 2019 Aug 24]. Available from: 2

3.Wiharyanto AK. Perlawanan Indonesia terhadap Belanda pada abad xix. Jurnal Historia Vitae [Internet]. 2009 Oct;23(2). Available from: 3

4.Budi Utomo 20 Mei 1908, awal pergerakan nasional Indonesia menuju Indonesia merdeka [Internet]. Bogor: Dirjen Kebudayaan Kemendikbud; 2019 May 20 [cited 2019 Aug 24]. Available from: 4

5.Nurdin E. Saling bunuh saling bakar sampai sayang kamu semua mantan tentara anak Islam dan Kristen Ambon [Internet]. BBC Indonesia; 2018 Feb 27 [cited 2019 Aug 24]. Available from: 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun