Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hikayat Kontestasi Pemilihan Presiden

19 Agustus 2018   14:57 Diperbarui: 19 Agustus 2018   15:28 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang abadi"

Publik tuan rumah digemparkan dengan deklarasi pasangan presiden dan wakil presiden yang akan maju pada kontestasi politik tahun depan. Terdapat dua kubu yang akan mengajukan dirinya sebagai orang nomor satu dan dua di Republik Indonesia ini. Koalisi petahana kembali mengusung Joko Widodo dengan menggaet ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), K.H. Ma'ruf Amin. 

Kubu oposisi memajukan pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno sebagai penantang kubu petahana. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan besar pada masyarakat dimana dua nama cawapres yang diumumkan tidak sesuai dugaan dan ekspektasi banyak orang. Drama empat tahun yang lalu akan kembali tersaji dengan wajah cawapres yang baru. Kembali, dua poros akan bertarung memperebutkan singgasana tertinggi bangsa Indonesia.

Sebelumnya sempat terdengar kabar bahwa akan muncul poros ketiga yang cukup banyak diaminkan oleh beberapa kalangan. Demokrat, PAN, dan PKB menjadi dalang praduga munculnya poros ketiga. Bahkan ketiga partai tersebut sudah sempat melakukan pertemuan untuk mematangkan pembentukkan poros ketiga dengan menjagokan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai capres saingan. 

Syamsuddin Haris, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan bahwa dengan adanya poros ketiga ini akan menghindari munculnya pembelahan politik sebagaimana yang terjadi pada saat pilpres 2014 dimana pada saat itu hanya ada dua kubu. Seiring berjalannya waktu, berita poros ketiga ini mulai tak terdengar lagi dan padam seiring dengan kabar PKB dan PAN yang merapat ke koalisi petahana dan Demokrat yang merapat ke koalisi non-petahana.

Tertanggal 10 Agustus 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkannya sebagai hari terakhir pengajuan nama calon yang akan maju pada pilpres 2019. Satu hari sebelumnya sudah banyak media yang meliput terkait perencanaan pencalonan ini. Hingga malam hari para wartawan sabar menunggu untuk mendengar deklarasi capres-cawapres.

Kabar yang sudah santer terdengar adalah bahwa mereka yang akan maju sebagai calon presiden adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto, sebuah drama yang akan kembali terulang. Sementara dari wakil presiden, masyarakat masih banyak berspekulasi dan menganalisis siapa yang akan digandeng oleh kedua belah pihak. Mari kali ini kita bahas kedua belah pihak hingga muncul nama pendamping dari Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Tim petahana memiliki banyak partai yang bergerak bersama dalam sebuah koalisi. Sebut saja PDI-P, PPP, PKB, Partai Nasdem, Partai Hanura, Partai Golkar, PSI, PKPI, dan Partai Perindo. PDI-P, PKB, Nasdem, PKPI, dan Hanura sudah melakukan koalisi mesra semenjak pilres 2014 dimana Joko Widodo dipasangkan dengan Jusuf Kalla. Beredar banyak nama yang akan mendampingi Jokowi mulai terdengar semenjak terbentuknya koalisi ini. 

Sebanyak 10 nama diduga akan menjadi pendamping Joko Widodo. Mereka adalah Airlangga Hartanto, (Ketum Partai Golkar), Muhaimin Iskandar/Cak Imin yang bahkan kabarnya sudah membuat posko JOIN (Jokowi-Imin), Muhammad Romahurmuziy (Ketum PPP), Muhammad Zainul Majdi/Tuan Guru Bajang (Gubernur NTB), Agus Harimurti Yudhoyono, Moeldoko, Mahfud MD, Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta), Tito Karnavian, dan Susi Pudjiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan). Nama yang kerap kali terdengar di akhir menjelang masa penutupan penyerahan nama capres-cawapres adalah nama Mahfud MD. 

Hal ini diperkuat dengan pernyataan terbuka yang dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo saat sedang berlatih menggunakan kaus Asian Games 2018 sebagai persiapan Asian Games 2018. Beliau menyatakan bahwa yang akan menemaninya adalah dia yang memiliki inisial "M". Meskipun tidak disampaikan dalam forum resmi, namun banyak praduga yang mengerucutkan menjadi beberapa nama saja. Selain Mahfud MD, nama Moeldoko dan Muhaimin Iskandar mulai menjadi buah bibir di kalangan jurnalis. Berbagai dinamika telah terjadi dan tepat pada tanggal 9 Agustus 2018 sekitar pukul 07.00 malam, Joko Widodo mengumumkan bahwa yang akan mendampinginya adalah ketua MUI, K.H. Ma'ruf Amin.

Hal ini lantas menimbulkan kegemparan yang luar biasa. Joko Widodo yang selama ini dikaitkan dengan anti-islam dan terus diserang dengan tagar #2019GantiPresiden justru kali ini menggandeng dia yang menjadi motor pergerakan 212. Keputusan Jokowi dalam pemilihan diduga untuk menarik massa dari kalangan Islam dan kalangan Nadhlatul Ulama yang selama ini selalu bertolak belakang dengan Jokowi. Politik identitas yang menjadi jebakan banyak orang saat ini harus dipertanyakan kembali dan direnungkan kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun