Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ucapan Terima Kasih kepada Tenaga Pendidik

26 September 2020   12:47 Diperbarui: 26 September 2020   12:48 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga. Sebuah peribahasa yang menjadi perenungan seminggu ini. Selama pandemi, saya sering sekali mengkritik kinerja pemerintah dan terkhusus Menteri Pendidikan. Tanpa melihat sisi yang lain.

Tapi, menurut saya. Pemerintah dan menteri memang harus memiliki mental siap dikritik. Apalagi, kalau kebijakan yang diambil banyak merugikan atau membingungkan banyak pihak. Jika, mereka tidak ingin dikritik dan rakyat harus memaklumi terus. Di mana letak wibawanya?

Sekitar tujuh bulan, para siswa melakukan pembelajaran jarak jauh. Menghindari pertemuan tatap muka, guna menekan penyebaran virus covid-19. Berbagai kebijakan muncul. Terbaru adalah Revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri yang telah diterbitkan tanggal 7 Agustus 2020.

Saya tidak akan membahasnya. Sebab, saya butuh banyak waktu untuk memahami tulisan sebanyak 41 halaman. Selain itu, bukan kapasitas saya membicarakan ini. Saya hanya seorang buruh yang suka menulis di kala senggang. Lebih pas, menjadikan ini sebagai bahasan internal dalam lingkup pertemanan saja.

Saya ingin membahas. Ada hal lain yang saya lupakan. Saya kerap mengkritik. Namun, lupa mengucapkan terima kasih kepada tenaga pendidik yang sudah bekerja keras selama pandemi ini. Terlebih, mereka yang harus menghadapi siswa yang tidak memiliki akses internet. 

Seperti kisah Dodi Riana yang menjadi guru kunjung daerah Cianjur. Lalu, Zulkifli Katili yang jarang menemui siswa ketika kunjungan, karena siswa lebih memilih membantu orangtuanya bekerja di daerah Kab. Banggai Sulawesi. Kemudian Mulud Sugito, Kepsek di daerah Batang, Jawa Tengah yang inisiatif bersama para guru menjemput bola dengan mengantarkan tugas ke rumah siswanya. Terakhir, ada perjuangan Hafsah yang melakukan pembelajaran dengan siswanya menggunakan portofon.

Tentunya, ini hanya perwakilan kisah bahwa tenaga pendidik tidak diam. Mereka selalu melakukan inovasi dan kontribusi sesuai dengan porsinya masing-masing. Pastinya, masih banyak kisah yang tidak muncul ke permukaan--dan butuh diapresiasi.

Tidak terhitung, negara berapa kali membuat kecewa. Tapi, jangan sampai dengan berita kebaikan--kita juga dibuat mati rasa.
--

Renita Yulistiana
Calon Mendikbud 2029

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun