Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

LGBT Momok atau Keanekaragaman

28 Februari 2016   21:52 Diperbarui: 28 Februari 2016   22:35 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

LGBT memang sangat kontroversial karena banyak dipertanyakan keberadaannya dan kebiasaan mereka. Awalnya di negara indonesia pada abad 19 menjelang 20 LGBT dianggap hanya mitos atau hanya menjadi sebuah pengelompokan yang tak akan ada pelegalan. Namun beberapa waktu yang lalu salah satu negara besar Amerika telah melegalkan beberapa negara bagian Amerika untuk melaksanakan pernikahan sesama jenis. Hal ini memicu banyak LGBT di Indonesia untuk melakukan pelegalan di Indonesia. Lalu banyak kecaman dari berbagai pihak.

Faktanya

 “Organisasi LGBT di Indonesia terbesar dan tertua di Asia. Dari 1992 mereka berani keluar saat ini setelah 25 tahun. Akhirnya mereka keluar, mereka propagandakan gerakan bawah tanah gerakan penularan. Mereka kan dari 1982-1992 dulu tertutup. Saat ini, banyak euforia di AS (Amerika Serikat) mereka itu liberal,” kata Ketua Divisi Kajian Aliansi Cinta Keluarga Indonesia (AILA) Dinar Kania dalam diskusi kajian LGBT dalam Perspektif Keilmuan di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jumat (27/2/2016). Diambil dari okezone.com

Menakutkan memang dari sini orangtua sudah mulai protektif terhadap anak-anak mereka yang memasuki masa remaja pra dewasa karena masa masa ini adalah masa masa yang rawan pembentukan karakter banyak orangtua yang mulai memilihkan tontonan dan mengajarkan tentang pembelajaran seksual pada anaknya

LGBT ini mengatasnamakan Hak asasi manusia karena HAM memanf junjungan tertinggi manusia. Mereka beranggapan bahwa LGBT adalah sebuah hal yang dapat dimaklumi. Mereka juga beranggapan bahwa LGBT akan memperindah hidup karena tidak ada kekangan bagi warga negara untuk mencintai siapapun juga

Namun banyak sisi yang telah dikesampingkan oleh para LGBT bahwa LGBT ini sangat bertolak belakang dengan agama. Mayoritas agama apapun tidak melegalkan yang namanya LGBT. Indonesia bukan negara komunis yang tidak berpegang pada agama. Banyak para petinggi agama yang menentang adanya LGBT ini sendiri.

Dari sisi Kemanusiaan dan Sosial jelas sekali akan merusak tatanan hidup bangsa karena LGBT ini minoritas dan dapat mempengaruhi banyak kaum untuk menyukai sesama jenis. 

Masih banyak orang yang mepertanyakan bagaimana dapat terjadi fenomena LGBT ini apakah penyinpangan di otak atau sejak lahir. Namun LGBT ini dapat dicegah menurut saya karena lingkungan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak lingkungan yang baik akan membuat karakter anak menjadi lebih baik.

Para orangtua diharap memberi pembelajaran yang sesuai dengan gender anaknya. Kalau anak perempuan ibu harus dominan memberi pembelajaran tatanan hidup perempuan agar kedepan dapat menjadi anak yang baik dan wanita yang menyukai laki laki dan memiliki kualitas yang baik pula. Jika laki-laki seoranf ayah harus bersikap tegas pada anaknya agar anaknya tahan banting dan menjadi laki laki sejati tidak perlu melulu dengan kekerasan namun jangan dilepas saja di duni bebas namun diberi pembelajaran tentang hidup bermasyarakat dan beragama

Penulis amatir

Kenzo Herdiandra

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun