Mohon tunggu...
Feliciano K. Sila
Feliciano K. Sila Mohon Tunggu... Relawan - Peziarah di Jalan Kehidupan

Menulis untuk menghidupi ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paskah di Tengah Kegalauan

2 April 2021   03:27 Diperbarui: 2 April 2021   16:57 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat Kristiani di seluruh dunia telah memasuki Pekan Suci dengan perayaan Minggu Palma pada hari Minggu lalu. Selanjutnya perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Aleluya atau Vigili Paskah dan Minggu Paskah. 

Rangkaian perayaan Paskah tahun ini masih ditandai oleh pandemi Covid-19. Karena itu perayaan Paskah kali ini, sekali lagi dirayakan dalam konteks berbeda-beda sesuai situasi negara dan tempat masing-masing. Ada yang merayakan Paskah dengan kehadiran fisik di Gereja dalam batas-batas yang telah ditentukan dan ada pula yang merayakannya secara virtual. 

Tidak terkecuali di tanah air kita Indonesia. Namun, rangkaian perayaan Paskah tahun ini diperkeruh, bukan saja oleh pandemi, tetapi oleh keamanan. Kita tahu apa yang telah terjadi di Katedral Makasar pada hari Minggu Palma dan disusul oleh kejadian di Mabes Polri. Tidak cukup menghadapi pandemi, kini kekalutan bertambah oleh rasa waspada bahkan takut. Alih-alih merayakan Paskah dalam damai, malah galau jangan-jangan terjadi sesuatu. 

Memang sudah sering terjadi rumah-rumah ibadah menjadi sasaran amuk teroris yang sampai kini belum ada jalan keluarnya. Situasi makin keruh setelah kita mengetahui bahwa bibit-bibit terorisme terus ditambur dan bertumbuh. Lebih mengenaskan lagi, hal itu terjadi di kalangan kaum muda yang semestinya lebih mengerti dan memilah antara yang baik dan yang jahat. 

Banyak perdebatan belakangan ini hadir antara menolak mengaitkan aksi terorisme dan teroris dengan agama tertentu, di satu sisi, dan di sisi lain keberanian, keterbukaan, kejujuran, besar hati untuk mengakui bahwa aksi semacam itu terjadi oleh alasan agama dan berkaitan dengan agama, lalu bersama coba mencari solusinya. 

Sudah cukup lama perdebatan berlangsung apalagi kalau isu agama dan sara mulai ditiupkan ke gelanggang perdebatan. Sementara itu tidak cukup banyak kemajuan untuk memberantas hingga tuntas bahaya laten terorisme. 

Karena itu, meski dalam rasa was-was, umat Kristiani dengan caranya coba menghayati rangkaian perayaan Paskah sebagai momen memperdalam iman, memperkuat keyakinan, memaknai arti Kasih dan pengampunan. 

Di tengah budaya kematian atas nama surga ciptaan sendiri, umat Kristiani coba meresapi budaya kehidupan lewat persaudaraan universal semua makluk hidup sebagai ciptaan dari Allah yang sama. Jalan tempuh boleh bermacam arah namun tujuan tetap satu: keselamatan jiwa di akhirat. Surga adalah tempat yang kita persiapkan di bumi. Begitupun neraka. 

Umat Kristiani boleh galau di tengah situasi seperti ini namun tidak boleh kehilangan iman dan harapan. Sang Guru sendiri ditantang, dipermalukan, dihina, ditolak, dicaci-maki, dibenci, diusir, diludahi, diteriaki, dicambuki, dijatuhi hukuman mati, disalibkan. Kata akhir ternyata bukan salib dan kematian melainkan hidup dan kebangkitan. 

Hukum terbesar yang Ia tinggalkan adalah Kasih, kasih akan Tuhan dan kasih akan sesama seperti mengasihi diri sendiri. Dan apa yang tidak kamu kehendaki orang lain perbuat kepadamu, janganlah perbuat kepada orang lain. 

Selamat merayakan kemenangan Paskah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun