Mohon tunggu...
Feliciano K. Sila
Feliciano K. Sila Mohon Tunggu... Relawan - Peziarah di Jalan Kehidupan

Menulis untuk menghidupi ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jiwa Rebah Dalam Dingin

9 Maret 2021   17:19 Diperbarui: 9 Maret 2021   18:04 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puncak Gunung Mutis tak kelihatan. Samar tertutup awan tebal. Jarak pandang sulit diterobos pandangan mata kosong, rapat seperti suasana hati dua insan yang sudah lama saling berseberangan jalan.

Semilir angin gunung turun membelai wajah-wajah ayu perkampungan sekitar, menyejukkan hati yang membara oleh kerasnya permainan hidup. Matahari sudah meninggi tapi orang-orang masih berselimut rapat mencari kehangatan. Jaga jarak menjadi kendala untuk dingin sebesar ini. 

Air mengalir, dingin sekali, sepeeti dinginnya air es. Tidak ada yang berani menyentuh meski hanya untuk membasuh wajah kusut. 

Tungku api bernyala. Orang-orang mengelilinginya. Juga anjing-anjing tidak mau kalah bersaing. Bahkan hampir-hampir ada yang rebah di bibir api dengan lidah menjulur merah. 

Hari-hari ini tiada banyak kegiatan. Hidup seperti berhenti berputar. Mengunjungi tetangga saja pun tidak. 

Puncak Gunung Mutis pun belum kasat mata. Awan hitam masih betah bermain-main di sana. Entah sampai kapan. Tinggal jiwa rebah dalam dekapan waktu yang terus mengalir. Berlalu dan takkan kembali. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun