Mohon tunggu...
Feliciano K. Sila
Feliciano K. Sila Mohon Tunggu... Relawan - Peziarah di Jalan Kehidupan

Menulis untuk menghidupi ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Konmetan

29 Agustus 2020   04:36 Diperbarui: 29 Agustus 2020   04:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampu pelita dari kaleng coca-cola benderang dari pondok kakek Konmetan, di pondok kecil di Kampung Lama, jauh dari Kampung Baru. Konmetan duduk menganyam tali sapi dari rafia bekas yang ia kumpulkan dari pasar mingguan di pusat kecamatan. Untuk ke sana ia mesti bangun lebih subuh dari biasanya, sebelum ayam berkokok untuk pertama kalinya menyambut hari baru. 

Terang lampu pelita dari minyak tanah benderang menerangi penglihatan kakek Konmetan yang perlahan mulai rabun. Anak perempuan semata wayangnya baru saja datang mengganti sumbu lampu yang telah hitam pekat. Ia bersama keluarga brsar menetap di Kampung Baru. Sedikit lebih maju. Konmetan memilih bertahan sendirian di Kampung Lama, apa adanya. 

Konmetan menikmati kesendiriannya, dan masa tuanya di pondok kecil di tengah kebun, menyatu dengan alam. Ia sendiri tapi tak sendirian. Kehidupan modern tidak ia kenal, namun kehidupan alami menyatu dalam nadinya. 

Malam kian larut. Kakek Konmetan masih sibuk menganyam. Di ujung tali sapi buatan tangannya ada kehidupan. Ia ingin menyelesaikannya malam ini juga. Besok pekerjaan lain menanti. Di usia tua ini ia tak kenal subsidi. Kakek Konmetan bagian dari generasi yang hidup dari keringat sendiri. 

Bulan merangkak naik, menemani Konmetan dalam tidur malamnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun